Blogger





"If you do what you love, you'll never work a day in your life" -- Marc Anthony

Saya tidak pernah membayangkan diri ini sebagai seorang blogger. Sejak menemukan keasyikan membaca sebuah cerita fiksi, saya selalu membayangkan diri ini sebagai seorang penulis. Blogger? Tidak pernah terlintas dalam benak.

Tidak sama sekali. 

Profesi saya saat ini adalah sebagai akuntan di sebuah perusahaan swasta yang bergerak di bidang perdagangan. Pekerjaan saya adalah memperlakukan angka selayaknya sebuah aset berharga. Deretan angka yang harus diolah dan dianalisa, dijaga dengan baik agar dapat "disantap" oleh pemakai laporan di luar sana. Jadi, dengan kata lain, saya memberi sebuah "makanan data" kepada mereka-mereka yang lapar akan rasio profitabilitas, likuiditas, solvabilitas, dan istilah-istilah teknis semacam itu.

Saya tidak sedang membanggakan diri. Tolong, jangan menghakimi saya secepat itu. Lagipula tidak ada yang perlu dibanggakan. Semua profesi itu baik sepanjang tidak bertentangan dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat, ya kan? Saya yakin profesi yang kalian jalani sekarang, apapun itu, pasti bermanfaat. Setiap tindakan yang kita kerjakan, akan berpengaruh pada hal lain. Contohnya saja, seorang office boy yang sedang menyapu lantai. Jika lantai tidak disapu, maka ruangan akan menjadi kotor dan berpengaruh terhadap kenyamanan bekerja.

Hal-hal kecil semacam itu mengingatkan kita bahwa setiap profesi itu penting. Setiap orang memiliki keahlian masing-masing. Setiap orang akan cocok menjadi kepingan puzzle dalam masyarakat. Tidak ada seorang dokter yang bisa merangkap sebagai tentara, polisi, guru, seniman, wiraswasta dan presiden sekaligus. Masyarakat terbentuk dari kepingan puzzle profesi dan kita adalah bagian dari itu. Puzzle yang baik adalah yang cocok di bidangnya. 

Bagaimana jika tidak cocok?

Well, izinkan saya bercerita. Jadi begini. Akhir-akhir ini saya mengalami sebuah konflik batin terkait pekerjaan. Saya mulai menjalani profesi dengan setengah hati, karena dituntut untuk terjun ke dunia yang tidak sesuai dengan minat. Menerima berarti siap menghadapi "semak belukar", sementara menolak berarti siap masuk ke "lubang perangkap". Saya pun mencoba menjalaninya, namun setiap kali dijalani, diri ini kerap memberontak. Ini bukanlah bidang yang saya minati. Sekeras apapun saya berusaha, otak seolah menutup pintu rapat-rapat untuk menghasilkan "aksi yang kreatif". 

"If you don't love what you're doing, and you can't give it your best, get out of it. Life is too short" -- Al Lopez

Konflik itulah yang menyebabkan saya memilih vakum dari dunia blog untuk sementara. Saya berusaha memfokuskan diri pada pekerjaan. Saya tidak merasa bahwa blog adalah bagian dari diri saya sendiri. Menjadi blogger bukanlah prioritas saya saat itu. Saya memutuskan untuk meninggalkan dunia blog selama satu minggu. Hmm, satu minggu berkembang menjadi dua... tiga... lama-lama menjadi hitungan bulan! Tidak bisa dipungkiri bahwa rasa malas mulai menggerogoti. Saya hampir tidak mengenali diri sendiri, seperti semut yang mengikuti perintah sang ratu. Saya seperti individu yang dibentuk sesuai keinginan orang lain. 

Dalam rentang waktu tersebut, saya masih menerima beberapa komentar untuk postingan di blog. Komentar-komentar tersebut membuat saya berpikir bahwa blog sederhana ini ternyata masih dilirik blogger lain, bahkan ada yang menunggu postingan selanjutnya. Ah, saya sungguh terharu.

"And if you can do it for the joy, you can do it forever" -- Stephen King

Kini konflik pekerjaan telah sirna. Saya tetap seorang akuntan, masih di kantor yang sama, namun tanpa konflik batin yang memberatkan. Apakah itu berarti saya termotivasi kembali mengurus blog? Tidak. Rasa malas masih menggerogoti, lagipula saat itu saya memiliki sebuah proyek pribadi yang cukup menyita waktu. Saya kembali menjadi seorang penunda, seorang prokrastinator sejati. Sempat terlintas untuk menutup blog ini selamanya, namun selalu tidak terlaksana (bahkan untuk menutup blog pun saya masih menunda-nunda, duh!).

Suatu hari, saya iseng melihat video klip Peter Bjorn and John diputar di salah satu saluran musik. Judulnya "What You Talking About". Lagunya sungguh terdengar bagus di telinga ini, dan saya langsung mencari liriknya di internet. Ada penggalan lirik yang unik:

How could i sink this low?

Saya tersentak membaca lirik tersebut. Ya, bagaimana saya bisa terbenam serendah ini ? Bermula dari lagu itu, saya segera mencoba mendengarkan lagu lain yang biasa menjadi mood booster selama ini. Ah, kemana saja saya? Kenapa baru mulai lagi menikmati musik-musik indah koleksi sendiri? Kenapa kemarin-kemarin saya tidak bisa menikmatinya? Saya jadi ingat, beberapa bulan yang lalu saya sering mendalami setiap musik untuk didengarkan saat akan menulis sebuah postingan di blog.

Blog. Blog. Blog. Blog. Blog. Blog.

Kata itu membuat saya kembali tersentak. Bagaimana nasib blog saya? Apa yang terjadi di dunia blogger? Apa kabar teman-teman blogger yang lain? Saya pun mencoba membuka blog sendiri dan membaca sekitar sepuluh postingan terakhir, berikut komentar-komentarnya. Rasa hangat seolah menjalani diri saya, entah apa ini. Damai dan nyaman.

Saya kesal karena banyak meluangkan waktu untuk pekerjaan, sementara blog sendiri terbengkalai. Saya kesal karena digerogoti oleh rasa malas. Saya terbiasa menuangkan sesuatu lewat tulisan, dan akhir-akhir ini jati diri saya sebagai seorang blogger seolah terkubur. Apakah saya seorang blogger? Ya, saya seorang blogger. Blog ini adalah bagian diri saya juga. Untuk menegaskannya, saya pun memutuskan untuk merubah domain blog ini menjadi top level domain (TLD) dengan memilih domain (dot) com. Prosesnya ternyata tidak serumit yang saya kira. Pihak penyedia domain juga membantu dengan baik. 

Saat melihat blog saya akhirnya berubah menjadi www.bayurohmantika.com, kembali diri ini dijalari perasaan hangat yang membuat damai dan nyaman. Ah, akhirnya saya merasa memiliki blog ini secara utuh. Inilah tempat saya menuangkan apa yang berkecamuk di pikiran, tempat saya menyapa teman-teman blogger yang lain, sekaligus tempat saya menemukan kedamaian. 

Domain sudah diganti. Artikel pun sudah disiapkan. Hal berikutnya yang saya lakukan adalah mengganti header. Awalnya saya ingin mengganti theme, namun setelah dipertimbangkan lebih lanjut, saya tetap memilih theme lama, namun header-nya saja yang diganti. Beruntung ada teman -- seorang blogger juga -- yang berbaik hati membantu pembuatannya. Sederhana namun penuh makna, itu yang saya cari. Thank you so much. Sentuhan kreatifnya menghasilkan original image, bukan gambar "copy-paste-asal-comot" yang sebelumnya menjadi header blog ini. 

Tidak semudah itu rencana berjalan lancar. Header-nya sempat tidak sesuai dengan ukuran satu layar penuh. Berkali-kali disesuaikan, namun tidak berhasil. Saya jadi kesal sendiri. Ah sudahlah. Lebih baik menekuni kembali proyek pribadi. Alasan demi alasan pembelaan terlontar di benak. Beberapa minggu kemudian, justru proyek pribadinya ikut terbengkalai juga! Saya kembali kehilangan arah.

What's wrong with me?

Tak disangka, hari ini mengubah segalanya. Seorang teman mengingatkan saya agar kembali menulis di blog. Dia "butuh" membaca tulisan saya. Kalimat tersebut membuat diri ini termenung. Kita boleh saja tidak hadir secara fisik untuk orang lain, namun sebuah karya mampu mewakili diri kita, dalam hal ini sebuah tulisan.

Entah kenapa, saya terus merenungkan hal tersebut. Akhirnya, di tengah deadline pekerjaan siang ini, saya malah menyempatkan diri kembali mengutak-atik ukuran header blog, dan alhamdulillah, kali ini berhasil! Ukurannya sesuai dengan yang saya inginkan. Ah, melihat kecocokkan itu membuat saya kembali bersemangat menulis. Puzzle telah lengkap. Maka, malam ini saya langsung merombak artikel yang telah dipersiapkan sebelumnya.

"If you love it, you do it well, and there's no success if you don't do well what you're working at" -- Malcolm Forbes


Dunia boleh saja menyeret kita ke permasalahan yang pelik, namun pastikan bahwa pikiran kita masih "hidup". Dunia boleh saja menuntut ini itu, tapi pastikan kita memliki aktifitas menyenangkan yang bisa dilakukan. Tindakan kita boleh saja dikekang, namun tidak dengan pikiran. Biarkan pikiran berkembang sebebas apapun. Jika pikiran juga terkekang, maka tidak ada bedanya kita dengan semut yang mengikuti perintah ratu. Jangan biarkan itu terjadi.

Menulislah. Tuangkan hasil pemikiran, apa saja. Buktikan bahwa pikiran kita masih "hidup dan produktif". Menuangkan hasil pemikiran lewat blog adalah jalan terbaik untuk melakukannya. Kita adalah puzzle dalam masyarakat yang absurd. Hanya kita yang mampu menuliskan apa yang ada di dalam pikiran sendiri, bukan orang lain. Hanya kita yang mampu merasakan sensasinya. Menulislah dan tuangkan sejarah atas nama kita sendiri.

Well, here i am. This is me, Bayu Rohmantika Yamin. Maaf kalau tulisan ini lumayan panjang. Saya berharap kalian mau membacanya hingga tuntas. Saya hanyalah seorang blogger yang masih berkutat dengan konsistensi, namun saya yakin bahwa tulisan seorang blogger bisa membawa perubahan, setidaknya untuk diri blogger itu sendiri.

Now, the question is: Bagaimana kalian memandang diri sendiri sebagai seorang blogger? 

-Bayu-



Note: Musik dari daratan Eropa selalu membawa sensasi "mengasyikkan" tersendiri untuk didengarkan, salah satunya adalah musik Peter, Bjorn and John yang berasal dari Swedia. Trio pengusung indie pop dan neo-psychedelia ini mengeluarkan single "What You Talking About" yang seolah membawa pendengarnya ke tahun 80-an. Kreatifitas tingkat tinggi. Hook yang fantastis membuat lagu ini menjadi pengiring saya selama menulis artikel di atas.
image source: sound-andsilence.com

READ MORE - Blogger
 

Pengikut

Diberdayakan oleh Blogger.