![]() |
Image source: livingroomdesignideas.blogspot.com |
"We can't help everyone, but everyone can help someone" -- Ronald Reagan
John Grisham adalah novelis asal Mississippi, Amerika Serikat yang sudah banyak menelurkan karya best seller. Tulisannya cerdas, tajam, megah, bermuatan banyak intrik, berani, dan "menggigit". Salah satu novelnya yang punya kesan "menggigit" adalah A Time to Kill, novel pertamanya sekaligus yang paling dia sukai.
Butuh usaha ekstra untuk menamatkan novel setebal 906 halaman ini, terutama karena saya hanya menyisihkan sekitar satu jam setiap hari untuk membacanya, tidak membaca dalam full effort. Secara ringkas, A Time to Kill bercerita mengenai seorang pria kulit hitam yang diadili karena menembak mati dua orang kulit putih yang telah memperkosa anak perempuannya. Pemerkosaan dibalas dengan nyawa, tapi apakah nyawa harus dibalas dengan nyawa? Apalagi yang diadili adalah seorang kulit hitam, ras yang dipandang "kelas bawah" oleh masyarakat Amerika.
Banyak isu mencuat di novel ini, mulai dari rasisme yang masih kental di Amerika Serikat, teror Ku Klux Klan (kelompok rasis ekstrem), keadilan yang semu, dan pembelaan hati nurani. John Grisham dengan cerdas mempertontonkan sepak terjang langkah para pengacara dari pihak terdakwa dan pembela, bagaimana mereka bersilat lidah, menghadapi pers, melakukan riset melelahkan, dan mencari celah dalam sistem peradilan guna memenangkan kasus.
Brilian, saya benar-benar terpukau setelah menamatkan novelnya. Ada banyak versi cover novelnya yang beredar, ini salah satunya:
![]() |
Image source: bukalapak.com |
Saya tertarik mengambil beberapa bagian dalam novel yang menurut saya patut dibahas. Ada dialog yang menarik di halaman 112. Diceritakan bahwa Carl Lee, si pria kulit hitam yang diadili karena menembak dua orang pemerkosa putrinya, mendapatkan senapan dari teman lamanya, Cat Bruster. Cat dengan senang hati memberikan senapan dengan gratis. Kenapa? Berikut saya kutip dialog mereka:
Carl Lee : Aku ambil
Cat : Seribu dolar untuk orang lain, tapi tidak untukmu, Big man
Carl Lee : Berapa?
Cat : Cuma-cuma, Carl Lee, cuma-cuma. Aku berutang padamu sesuatu yang jauh lebih berharga daripada uang
Percakapan tersebut membuat saya termenung. Cat Bruster memberikan sesuatu dengan gratis sebagai balas budi kebaikan temannya. Hmm, apakah saya mampu melakukannya juga? Saya kira demikian. Apalagi ada beberapa orang yang sudah berjasa dalam kehidupan saya, dan jasa mereka tidak dapat dinilai dengan uang. Pertanyaan tersebut terus berkecamuk dalam benak sehingga saya pikir lebih baik menguraikannya di blog demi ketenangan.
"Your life will become better by making other lives better" -- Will Smith
Terlepas dari masalah etika dalam berbalas budi, sudah sepatutnya kita menolong orang lain yang berada dalam kesulitan, sepanjang tindakan yang kita lakukan adalah kebaikan. Apakah harus mengharap pamrih? Tanyakan kepada nurani masing-masing. Bukankah saat kita menolong orang lain, ada semacam perasaan yang menyelimuti kita, menenteramkan kita, membuat kita merasa damai. Perasaan semacam itu yang tidak bisa dinilai dengan uang, bukan? Mengetahui bahwa tindakan kita dapat membuat hidup orang lain lebih baik itu jelas membawa efek baik dalam diri kita. Lalu, apakah kita harus mengharap tindakan itu akan "dibayar balik"?
Tidak. Mencari pamrih sama saja menagih hutang, hal yang paling saya jauhi. Saya merasa tidak nyaman jika harus menagih hutang. Lebih baik memberi dengan ikhlas ketimbang mendata pihak mana saja yang harus kita "tagih".
"One of the most important things you can do on this earth is to let people know they are not alone" -- Shannon L. Alder
Memberi kebahagiaan kepada orang lain menjadi tidak baik tatkala kita mengungkitnya di kemudian hari dan menggunakannya untuk tujuan tertentu. Klaim tagih-menagih kebaikan ini telah digambarkan John Grisham dalam novel A Time to Kill. Di halaman 408, terdapat dialog antara Lucien, seorang mantan pengacara, dengan Bass, seorang ahli psikiater:
Lucien : Kau mengatakan akan membantuku. Tuhan tahu kau berutang budi padaku. Berapa perceraian yang kutangani untukmu?
Bass : Tiga. Dan tiap kali aku diperas habis
Lucien : Berapa banyak klien, atau pasien, yang pernah kukirimkan kepadamu selama bertahun-tahun?
Dialog di atas jelas sebuah tuntutan untuk membalas budi. Lucien memaparkan kebaikan dia untuk mendapatkan balas budi si Bass. Kebaikan yang diungkit oleh diri sendiri semacam itu menurut saya telah melunturkan esensi kebaikannya. Rasanya tidak pantas kalau kita menagih balas budi secara terang-terangan, seolah kita mengharap pamrih. Jika kalian pernah melakukannya, silahkan kalian renungkan sendiri, apakah balas budi yang nantinya didapat berlandaskan keikhlasan, atau sebuah keterpaksaan?
Mendapat bantuan dari orang lain yang dilandasi keterpaksaan sama saja bohong. Jika saya dalam posisi seperti itu, akan saya tolak. Jauh lebih bermakna saat mendapatkan kebaikan yang dilandasi keikhlasan. Lalu, kapan kebaikan tulus itu akan kita dapatkan? Kapan saat yang tepat mengetahui orang lain akan memberi sesuatu dengan tulus?
Well, mengapa harus menunggu? Mengapa tidak kita sendiri yang menciptakannya?
Mari, tidak usah menunggu orang lain memberikan kebaikan dengan tulus. Jadilah malaikat kecil untuk orang lain. Berikanlah bantuan sebisa yang kita lakukan, meski hanya seulas senyum sekalipun. Ikhlaslah dalam melakukannya, dan rasakan manfaatnya. Ikhlas membawa dampak baik bagi tubuh dan pikiran. Dunia boleh carut-marut, namun berilah harapan kepada orang lain bahwa masih ada kebaikan tulus di dunia ini, dan kita sendiri yang menciptakannya. Diri kita sendiri. Pasti ada alasannya kenapa Allah SWT menyuruh kita untuk tolong-menolong satu sama lain, ya kan?
Bangkit dan tebarlah kebaikan, tidak hanya kepada orang yang telah berjasa kepada kita, tapi kepada semua orang.
Note: Cukup putar musik Regina Spektor dan seketika mood menjadi bagus. Diambil dari album What We Saw From The Cheap Seats, lagu "Don't Leave Me (Ne Me Quitte Pas)" menemani saya dalam menulis artikel ini. Entah harus mengkategorikan lagu ini dalam genre pop, folk atau alternative, tapi yang pasti musik Regina Spektor jelas mengagumkan. Di lagu yang super indah ini, Regina dengan ceria membawa pendengar menyusuri kota New York dan berakhir di Paris. Beautiful song.
![]() |
Image source: rollingstone.com |
Jadi penasaran sama bukunya
BalasHapusSilahkan dicari dan dibaca novelnya Mas, keren banget kok novel John Grisham yang satu ini :D
HapusGilaa gila gila.
BalasHapusAku juga lagi baca bukunya John Grisham yang the confession, berat juga si buat aku sampe belom selesai baca sampe sekarang juga. :')
John Grisham ini emang suka ambiltema politik, terus perbedaan ras gitu yaa. tapi keren sih gila.
hhhm iya nih, sudah seharusnya kita luruskan niat saat berbuat baik. bukan karna mau balas budi atau mengharapkan balasan serupa, tapi niat karna Allah semata.
Allahu akbar!!
#Adibahsholehah2016
kenapa i nulisnya politik si? yang di otak hukum lho padahal. Astaghfirrullah...
HapusBuka puasa dulu mungkin bah (?) Hahaha.
HapusWah, yang The Confession gua juga punya, tapi belom dibaca hehe (biasa, suka beli buku ini itu tapi realisasinya belom semua kebaca :p). Itu kan novel tebel juga ya, pasti namatinnya butuh usaha juga. Ah, jadi kepengen baca.
HapusIya, John Grisham emang suka ambil tema semacem perbedaan ras dan intrik dunia hukum. Keren gila pokoknya haha. Toh dia juga punya background pendidikan hukum, jadinya lebih fasih pas nuangin ke dalam novel.
Nah, iya Dibah, meluruskan niat saat berbuat baik, dan niatnya mesti tulus semata karena Allah SWT. Susah sih, tapi bukan berarti ngga bisa dicoba.
Allahu akbar!
Luar biasa memang #Adibahsholehah2016 ini :D
@Adibah: Eh tapi kadang John Grisham juga masukkin unsur politik kok (bener yang lo tulis), meski unsur hukumnya lebih kuat :)
Hapus@Aldi: Gua juga butuh buka puasa nih hehe :p
Parah parah parah. Berat berat berat. Novelnya keren. Banyak isu yang dibahas. Dan menarik semua ya, Bay. Aku belum pernah baca novelnya John Grisham. Pernahnya John Green doang. Trus sambil dengerin lagu John Legend. Huhuhuhu.
BalasHapusAku setuju sama yang mendapat bantuan dari orang lain yang dilandasi keterpaksaan itu sama aja bohong. Buat apa kita dibantu tapi dianya terpaksa ngebantu. Dan ya, kalau udah terpaksa, biasanya ujung-ujungnya pasti bakal ngungkit-ngungkit pertolongan yang pernah dikasih. Walaupun kalau misalnya yang nggak terpaksa juga bisa ngungkit-ngungkit sih. Karena ngerasa kebaikan itu harus dibalas sama yang pernah dikasih kebaikan. Padahal kan, balasan dari kebaikan yang pernah kita kasih itu bisa kita dapatin dengan berupa pahala, atau kebaikan dari orang yang malah nggak pernah kita bantuin. Oh iya, dulu rasanya kamu pernah bahas soal rantai kebaikan gitu ya, Bay. Ngg... apa ya namanya. Bukan rantai kebaikan sih. Aku lupa. Hehe. Tapi yang jelas intinya, balasan dari perbuatan baik kita bisa didapatkan dari pertolongan orang lain, yang bahkan kita bisa aja orang yang nggak kita kenal. Duh ini belibet gini. Maaf ya, Bay :'D
Ajakan yang keren. Jadilah malaikat kecil untuk orang lain! Yuhuuuu~ karena kalau mau jadi malaikatnya Victoria's Secret, alias angel, aku nggak bisa. Tapi Insya Allah aku bisa jadi malaikat kecil buat orang lain. Semoga :)
HUAAAAA ada lagu favorit! Thanks, Bay! Udah masukin lagu super indah ini. Ahahahahahahha seneng banget. Aku setuju. Kalau denger lagu Don't Leave Me, seketika mood jadi bagus. Kadang aku dengerinnya sambil kayak di MV-nya, muterin rumah dan bertingkah aneh gitu sama perabotan. Hahahaha. Thanks, Bay. Aneh banget ini, masa aku tersanjung sih lagu ini ada di note post kamu. Hahahahahaha :D
Coba dibaca Cha novelnya John Grisham, asli keren-keren isinya, terutama yang jadi international best seller! Wah, kalimat lo unik: baca novel John Green sambil dengerin John Legend :D
HapusBener Cha. Buat apa dibantu tapi dianya terpaksa ngebantu, kayaknya dapet pertolongan dia juga setengah-setengah, belom lagi kalo di kemudian hari diungkit-ungkit, wah... urusannya bisa runyam. Begitulah. Ada sisi lain dalam diri kita yang ingin memanfaatkan semua kesempatan untuk kepentingan sendiri, tapi "memanfaatkan bantuan yang telah diberikan ke orang lain"... hm, itu bukan tindakan etis.
Kalau kita memberi bantuan dengan ikhlas, toh balasannya adalah pahala, dan bisa jadi diberi bantuan dalam bentuk lain. Semua sudah diatur oleh Allah SWT.
Iya Cha, gua ngerti maksud lo hehe. Gua pernah ngebahas yang semacem ini, tentang skenario Tuhan dalam menolong makhluk hidup. Allah SWT akan selalu menolong kita, dalam bentuk apapun, bahkan dari pihak yang tidak kita duga-duga sebelumnya :D
Kalo jadi angel-nya Victoria's Secret, banyak persyaratannya ya Cha? Haha. Tapi kalo jadi malaikat kecil buat orang lain, cuma dibutuhkan keikhlasan dan hati nurani :) *haseek*
Gua masukkin Regina Spektor terinspirasi dari comment di postingan lo Cha, dan emang lagu ini udah nempel terus di kepala. Mood booster banget lah. Haha, gua jadi ngebayangin nih gimana jadinya lo muterin rumah sambil :D
Ahahai, jadi tersanjung Cha? :p
Bayu aku setuju kalimat ini " Mencari pamrih sama saja menagih hutang, hal yang paling saya jauhi. Saya merasa tidak nyaman jika harus menagih hutang. Lebih baik memberi dengan ikhlas ketimbang mendata pihak mana saja yang harus kita "tagih".
BalasHapusHati akan selalu capek ya bay, jika melakukan kebaikan karena ada unsur pengen dibaikin suatu saat nanti.
Kenapa? Karena menggantungkan suatu harapan pada sesama manusia kadang ga selamanya gayung bersambut
Ada baiknya ketika melakukan tindakan terpuji kita iklas lilahitaala, dijamin ga bakal dongkol ati kalo suatu saat kelak yang kita baikin malah pura pura ga tau akan jasa kita. Hahhaha #tumben gue bijak ajegile...
Btw novel barat best seller emang suka ganti ganti versi cover ya, karena banyak demannya sehingga bisa naik cetak berulang kali. Pembahasan isu rasis emang agak tinggi bahasanya, tapi kalo dikemas dengan gaya cerita grisham, aku yakin seru. Yah, tapi jujur sih aku lebih suka bukunya tante agatha hahhhaha
Btw itu tebel juga ya ga sih 900an halaman
Iya emang enaknya klo baca novel mah per hari aja, ga langsung tamat, kadang aku ngelakuin itu pas menjelang tidur..jadi novel itu semacam penina bobok giyu deh
Gua suka kalimat lo Nit: "Menggantungkan suatu harapan pada sesama manusia kadang ga selamanya gayung bersambut"
HapusBener tuh, capek kalo kita mikirnya pamrih, yang ada kepikiran mulu, terus dongkol kalo malah yang dibantu ga sadar hehe. Kan lebih baik kita ikhlaskan dari awal, biar kesananya ngga jadi kepikiran. Hati juga jadi lebih tenang.
Iya, biasanya karena banyak peminatnya, jadi novel best seller akan cetak ulang berkali-kali dengan cover berbeda untuk penyegaran. Bahkan, untuk yang die hard fans, mereka akan rela beli semua terbitan covernya lho, padahal isinya sama haha.
Kalo John Grisham mah ga diragukan Nit, bisa mengemas isu sensitif jadi konsumsi publik yang fenomenal. Beberapa novelnya bahkan udah diangkat ke layar lebar.
Aih sama, gua juga suka kok Agatha Christie :D
Tebel Nit, tapi bukan yang paling tebel, karena ada novel yang jauh lebih tebel dari itu hehe. Kalo gua bacanya pas pagi hari masih fresh, atau sama kayak lo, sebelum tidur. Sedikit demi sedikit dibaca, lama-lama akhirnya kelar deh :D
Halo Mas Bayu!
BalasHapusWaw, baru berkunjung sudah disuguhi dengan review kilas novel setebal 906 halaman? Itu luar biasa! Tahun ini sendiri, novel tebal yang baru saya baca itu kurang lebih 650an halaman dipegang oleh novel Ayat-Ayat Cinta 2, Mas.
Tapi, mengambil pelajaran dari sebuah novel juga merupakan salah satu kebiasaan yang saya lakukan sih. Saya biasa mencatat di note handphone jika menemukan sebuah kalimat yang sekiranya memiliki pelajaran tersendiri. Sungguh mengasyikkan sih membaca dengan mengambil pelajaran seperti itu.
Hm, bahasan kali ini tidak kalah rumitnya dibanding tulisan sebelum-sebelumnya Mas Bayu nih. Membalas jasa seseorang juga bisa diartikan atau berbicara tentang keikhlasan sih ya. Duh, ikhlas itu sesuatu yang tak mudah dilakukan sih menurutku. Karena seringkali kita berucap ikhlas, namun tak berkorelasi dengan hati yang masih perlu dipikir dua kali apakah ikhlas atau tidaknya.
Tetapi, sangat bersyukur sekali jika kita masih dipertemukan dengan orang-orang ikhlas di dunia ini.
Satu hal yang pernah saya dapat dari satu kata "ikhlas". Bahwa ikhlas itu seperti surat Al Ikhlas dalam Quran yang ayat-ayatnya sama sekali tak menyinggung kata ikhlas di sana. Subhanallah.
Keep inspiring, Mas Bayu!
Halo Di!
HapusHehe. Soalnya merasa tergugah dengan isi novelnya, jadi gua kepengen nuangin di sini. Ketebalan novel juga tergantung ukuran novel dan ukuran font-nya, toh novel Ayat-Ayat Cinta 2 ukurannya beda dengan novel "A Time to Kill", jadi yang udah lo baca itu juga suatu pencapaian kok :D
Ah iya Di, gua juga selalu begitu. Kalo nemu kata-kata bagus pas baca buku, akan gua tulis di note hape, atau halaman bukunya gua tandain. Emang mengasyikkan :D
Waduh, mudah-mudahan rumitnya masih bisa dimengerti ya haha. Iya Di, ikhlas itu mudah diucapkan, tapi sulit direalisasikan. Gua sendiri nulis tentang ikhlas bukan berarti selalu bisa ikhlas kok :p
Semua postingan gua juga kan seolah jadi self reminder, bahwa gua ini pribadi yang masih mencoba untuk berbuat lebih baik lagi.
Nah iya, kalo dipertemukan dengan orang yang bisa ikhlas, rasanya bersyukur banget. So, daripada kita mencari-cari orang seperti itu, akan lebih baik kalo kita sendirilah yang mewujudkan sosok teesebut :D
Lantunan ayat Al Quran memang luar biasa. Subhanallah.
Siap. Alhamdulillah banget nih kalo tulisan gua bisa dijadiin inspirasi :D
Novel 900an halaman? WOW! Itu novel terjemahan atau bahasa asing ya mas?
BalasHapusSama banget, saya juga termasuk orang yang paling nggak suka nagih-nagih, berasa kayak orang yang perhitungaaaaan banget gitu ya. Sampai pernah punya pengalaman disuruh nagih SPP di tempat ayah kerja, nggak tega rasanya, apalagi pas si anak bilang mamanya belum punya uang, nah loh padahal yang ditagih itu kewajiban ya...
Setuju banget juga, mending nggak usah ditolong, kalo yang nolongin itu nggak ikhlas, apalagi kalo entar kebaikannya diungkit-ungkit, mending ditolak aja. Yukk terus tebar kebaikan :)
Novel terjemahan, kalo yang edisi bahasa aslinya entah deh bisa jadi berapa halaman hehe.
HapusHe eh, nagih-nagih itu bukan suatu hal yang menyenangkan. Dalam pekerjaan, kalo untuk urusan menagih data aja, gua harus keluarin semua kemampuan berkomunikasi haha. Apalagi menagih kebaikan alias pamrih, waduh... urusannya bisa sensitif.
Wah, pengalaman menagih SPP itu pasti berat banget ya, apalagi kalo menghadapi alasan yang kayak begitu.
Siap. Bener banget, rasanya ngga enak kalo kita dapet pertolongan tapi ngga dilandasi keikhlasan.
Mari, tebar kebaikan! :D
selalu jatuh cinta sama tuisanmu Bay.. yang banyak pake intrik menusuk dan merajam hati biar sadar dan tahu diri haha.
BalasHapussuka sekali bagian kamu menulis "Mencari pamrih sama saja menagih hutang"... walaupun aku ga yakin sama diri sendiri apa sudah seperti itu.
rasanya masih ada celah di dalam hati yang masih berharap pamrih.. harus segera disemen dan dibeton nih celahnya biar ga bocor :)
perbaikan diri it's must.
aku termenung sekali membaca ini.
hm..... ke siapa ya aku pernah berharap pamrih seperti itu.
walaupun itu dilakukan tanpa sadar seperti "kalau aku setia, dia bakal setia juga kan?" *lah malah curcol.
hahahahahahhahaha. kalau yang itu pamrih sah ga Bay? LOL
bener sekali kalau kita harus tetap menebar kebaikan dimana pun..
dan I adore your words "tidak usah menunggu orang lain memberikan kebaikan dengan tulus. Jadilah malaikat kecil untuk orang lain. Berikanlah bantuan sebisa yang kita lakukan, meski hanya seulas senyum sekalipun"
aku sendiri orang yang terkesan jutek judes dan ga ramah hahahhaa. karena emang bukan orang yang sering senyum...
tapi beberapa bulan ini lagi menata diri untuk menjadi lebih baik... ya seenggaknya ngasih senyuman..
karena selalu inget omongan mama "tidak ada raja yang menolak disembah, tidak ada orang jahat sekalipun yang bisa menolak senyuman"
your post it's always AMAZE ME!
Makasih Han... jadi senyum-senyum sendiri nih baca comment lo :)
HapusSama Han, gua juga kadang masih punya celah pamrih itu kok dalam hati, dan saat timbul, mesti buru-buru ditambel biar kerusakannya ga makin dalem. Susah memang, tapi mesti kita coba :)
Perenungannya semoga membuahkan pemikiran positif ya Han. Ga pa-pa curcol, disini bebas kok. Hmm, kalo urusan setia dibalas setia, kayaknya termasuk pamrih juga sih :p mau urusan setia atau urusan apapun Han, at least kita memberikannya dengan ikhlas. Yakin aja, hasilnya akan sepadan.
Gua juga punya kenalan yang terkesan judes Han, tapi ternyata hatinya jauh lebih baik dari mereka-mereka yang dari luar terlihat ramah. So, we really can't judge someone from its cover. Lo boleh aja bilang diri lo terkesan ga ramah, tapi pasti masih ada kebaikan dalam diri lo yang bisa bermakna bagi orang lain. Dunia butuh kebaikan dari orang-orang yang masih yakin akan adanya kebaikan. Kita semua bisa menjadi malaikat kecil bagi orang lain.
Ah, gua suka kalimat mama lo "...tidak ada orang jahat sekalipun yang bisa menolak senyuman." Betapa hebatnya kekuatan senyuman itu ya.
Thank you Han, thank you so much :D
Wah bay... aku pernah baca novel 900 halaman lebih loh... JK Rowling.
BalasHapusBusyettt dah 1 minggu baru siap bacanya...
Bay... post bikin gregetgreget... hehe.. aku langsung mikirin orang yg harus aku balas jasanya...
Itu aja sih komentarku...
Aku tunggu post kamu selanjutnya..
Aku tunggu artikel tentang pribadimu, about LOVE...
OK Bay!!!
Wah, keren...
HapusNovelnya J.K. Rowling emang tebel-tebel dan asyik banget buat dibaca ya, malahan suka ngga sadar sendiri udah baca sampe beratus-ratus halaman. Rasanya pasti plong banget kalo udah bisa namatin baca novel yang halamannya tebel.
Makasih Risma :D
Maaf nih baru bisa dibales comment-nya.
Siap, ditunggu aja artikel selanjutnya, tapi... masih under construction hehe (ada satu dan lain hal yang membuat aktivitas ngeblog jadi vakum :p)
Waduh, kalo artikel yang tentang love, gua kibarin "bendera putih" dulu untuk saat ini, belom lihai memainkan kata di area itu. Maaf. Biarlah blogger laen aja yang mengupas tentang itu :)
Alamaaak.... itu novel berat banget dah. I do read books, but more like romantic love stories. I just loooove romatic stories sooooo much.
BalasHapusHaha. Kelihatannya sih berat (dalam arti sesungguhnya), tapi kalo dibaca dengan penuh penghayatan, justru ketegangan cerita dan intrik hukum di dalamnya jadi sebuah hal manis yang bisa didapat dari sebuah novel bertema hukum, dan John Grisham really did well on this. Trust me, he is just... the best :D
HapusAh, romantic love stories juga bagus kok, cuma gua belom banyak baca buku dari genre itu, hehe :)
Kok belum ada update'an tulisannya, padahal saya suka setiap kutipan di blog ini :)
BalasHapusWah, entah kenapa, komentar ini bikin gua senyum-senyum sendiri sepanjang hari. Menyentuh sekali kalimatnya :)
HapusThank you so much udah menyukai kutipan-kutipan di blog ini, bahkan sampe ditunggu pula. Jadi terharu :p
Well, beribu maaf ya udah vakum dari dunia blog dalam hitungan bulan (hal yang tadinya sangat gua takuti akhirnya terjadi juga :p)
Beginilah. Motivasi eksternal sudah ada, namun sisi internal mampu mengalahkannya (baca = malas), jadilah blog ini terbengkalai hehe. Semoga dalam waktu dekat ada artikel yang terbit :)
Kangen juga berinteraksi sama temen blogger yang lain :D
Pembaca yang baik adalah pembaca yang akan mengambil waktu barang sejenak untuk merefleksikan dan merenungkan apa yang telah dibacanya, lalu melanjutkan kehidupan kembali.
BalasHapusBerdasarkan beberapa review buku yang sudah Bayu tulis, saya yakin bahwa Bayu adalah seorang pembaca yang baik. Yang secara jujur menyampaikan intisari buku setelah melalui proses perenungan yang dalam.
Keep up the great work, Bay!
Wow, that's such a great description about a good reader. Gua suka pemaparan yang lo buat. Akan selalu ada sesuatu yang bisa diambil dari sebuah bahan bacaan kok, seringan atau seberat apapun materinya, karena sebuah tulisan bersumber dari pikiran seseorang, artinya tulisan itu sendiri telah merefleksikan "makna suatu hal". Semoga kita semua menjadi pembaca yang baik ya :)
HapusWah, makasih nih udah dikategorikan sebagai pembaca yang baik, meski gua sendiri masih proses belajar kok hehe. Selalu ada hikmah dari suatu hal, apapun itu.
Keep up the great work for you too, Dara... makasih banyak :D
ah mas Bayu,
BalasHapusaku mungkin termasuk orang yang kadang suka pamrih kalo abis ngelakuin suatu kebaikan sama seseorang. contoh kecilnya aja:
aku orangnya emang seneng bnget cerita tentng apapun ke temenku. tapi sebaliknya, temenku kayak tertutup gitu sama aku. kadang aku kecewa sendiri, "lah? kok dia gitu sih sama aku?" . ya emang, tiap kali aku cerita sama dia, aku gak pernah ngasih persyaratan kalo dia juga nantinya harus cerita balik ke aku. tapi ya gimana yah? hmmm :((
Itu isu yang wajar dalam sebuah komunikasi kok, Puti, dimana selalu ada sisi tertentu dalam diri kita yang mengharapkan pamrih. Serius, itu wajar, karena manusia akan menginginkan hubungan timbal balik yang saling menguntungkan.
HapusIbaratnya: "kalo gua melakukan A, maka gua mau lo juga melakukan A, tanpa gua bilang." Dalam perkembangannya, kita semua akan mempelajari satu hal dari berkomunikasi, bahwa tidak semua orang mengaplikasikan konsep sederhana "A dibalas A" tersebut. Kenyataan yang kita terima tersebutlah yang membuat kita berpikir macam-macam, kayak kasus lo itu, yang akhirnya ngebatin sendiri: "lah? kok dia gitu sih sama aku?"
Just remember, selalu ada motif yang melatarbelakangi perilaku seseorang. Mungkin temen lo yang akhirnya tertutup itu memang ga mau mengumbar sesuatu yang bagi dia "cukup sensitif", atau alasan lain, who knows?
Mungkin kalo diomongin secara baik-baik dengan dia, dia bisa mengerti. Tapi kalo itu terlalu sulit diaplikasikan, well... berkomunikasi tanpa pamrih mungkin pilihan terbaik. Sulit memang, tapi bukan berarti ga bisa dilakukan.
Gua bukan ahli komunikasi, tapi itu sih pandangan gua hehe.
Ini lu baca novel yang terjemahan kan, Bay? Anjir, tebel banget sampe 900 halaman. Buku Haruki aja yang cuma 400 baru gue baca 100 halaman. :')
BalasHapusSoal tanpa pamrih gue masih dibilang gak sepenuhnya begitu. Karena gue masih berharap pahala dari Tuhan. :')
Dan kebanyakan manusia memilih berbuat baik itu juga karena ada imbalannya, kok. Surga. Halah! :p
Iya, novel terjemahan Yog. Haha, tebel ya? Eh masih ada lho novel terjemahan yang lebih tebel dari 900 halaman, tapi untuk novel "A Time to Kill" ini setiap lembarnya enak kok untuk dibaca.
HapusMengacu pada tulisan gua di atas, toh maksudnya ke sesama manusia Yog. Tidak mencari pamrih ke sesama manusia. Tapi ya begitulah, bahkan dalam sebuah tindakan yang terlihat tanpa pamrih pun sesungguhnya mengharapkan kebaikan tersebut akan berbalas dari Tuhan ya. Bener juga kok kata lo :D
Lagi-lagi tertampar dan bikin merenung!
BalasHapusDulu gue pernah... Pernah kecewa. Sampe jadi kesel rasanya sama orang itu. Kecewa karena apa? Karena ya itu tadi, berbuat baik tapi ada rasa pamrih pengen dibaikin juga. Jadi pas ternyata orang-orang itu kok ngga bales kaya apa yang gue lakuin, ya guenya kecewa. Kecewa berat. Hahaha.
Temen gue pernah kasih surat sebelum di kuliah di luar negeri, dan sedikit kutipan isinya begini "Ali bin Abi Thalib bilang, 'Aku sudah merasakan semua kepahitan dalam hidup, dan yang paling pahit adalah berharap kepada manusia'"
Dan yaaak bener banget ituuu! Hahaha.
Semoga gue, lo, dan pembaca blog ini bisa selalu menebar kebaikan tanpa pamrih ya.
Wah, ga nyangka kalo tulisan ini bisa sampe ngebuat lo "tertampar dan bikin merenung" :p
HapusGua juga pernah dikecewakan kayak begitu kok, dan gua yakin kita semua pernah ngalaminnya, sekecil atau sebesar apapun perlakuan itu. Sama kayak yang udah gua bilang ke Puti, selalu ada motif yang melatarbelakangi perilaku seseorang. Bisa aja kita menganggap dia "jahat" karena ga membalas dengan perlakuan yang sama, namun yakin deh, pasti ada alasan di balik itu semua, dan alasan itu bisa baik, bisa juga buruk. Intinya, tidak selalu apa yang kita kira demikian, memang demikian adanya. Ini kok gua ngomong kayaknya muter-muter ya? Haha. Semoga lo ngerti ya apa maksudnya :p
Wow, kutipan Ali bin Abi Thalib itu keren banget! Sumpah, jadi pengen masukkin ke dalam postingan. Makasih ya kutipannya. Sekarang jadi gua yang "tertampar dan bikin merenung" baca komentar lo nih hehe.
Iya Bil, semoga kita semua bisa menebar kebaikan tanpa pamrih. Semangat! :D
Sebenarnya sih saya kurang suka membaca novel, tapi setelah baca artikel ini saya jadi penasaran juga nih sama novel nya :-)
BalasHapusSemoga kita semua bisa menebar kebaikan dimana-mana termasuk di blog yang memberikan informasi :-)
Wah, senangnya ada yang penasaran sama novel John Grisham. Ayo Mas, silahkan dicari di toko buku! Ini bacaan yang bagus kok (terakhir gua lihat per kemaren sih, novel ini masih nangkring dengan manis di salah satu rak Toko Gunung Agung, dengan cover yang berbeda dan "ketebalan" yang juga berbeda, alias lebih tebal, mungkin font-nya yang dibuat besar-besar jadinya tebel).
HapusAamiin, semoga kita bisa menebar kebaikan dimana-mana, termasuk lewat blog :)
mas Bayu kemana aja iiih, bolak balik aku buka blogmu nggak ada recent post yg paling baru :(
BalasHapusHalo Puti. Wah, ga nyangka blog sederhana gua ternyata bisa bikin lo bolak-balik ngecek recent post hehe. Makasih ya udah mau nungguin postingan terbaru :)
HapusWell, beberapa bulan belakangan gua emang vakum ngeblog dan BW karena alasan ini itu, tapi sekarang udah ada postingan terbaru kok (dan alhamdulillah, lo pun udah ninggalin comment disana). Thank you so much :D