Privasi dalam Persepsi Pribadi

Image source: nitsak.com
"Privacy is something you can sell, but you can't buy it back" -- Bob Dylan

Pernahkah kalian mencoba mengetik nama kalian sendiri di internet? Bagaimana perasaan kalian saat melihat hasilnya?

Jujur, banyak pertanyaan berkecamuk dalam benak saya tatkala mencoba mengetik nama lengkap saya sendiri melalui mesin pencari populer sejagat. Hasilnya di luar dugaan. Bukan berarti banyak tautan yang tertampil (tidak, saya bukanlah seseorang yang terkenal), tapi kemunculan tautan tersebut yang membuat saya khawatir. Betapa internet menyimpan data tentang diri saya, and honestly... that scared the hell out of me.

Suara dalam benak berkata, "Bay, kalo mau privasi, ya ngga usah berinteraksi di internet. Gitu aja kok repot!" Saya merenungkan pemikiran tersebut dan menghela napas berat. Benar. Jika kita tidak ingin internet mengetahui kita, ya sebaiknya tidak meletakkan identitas kita di internet. Sekali memiliki akun media sosial yang memuat identitas pribadi, saat itu pulalah kita telah menjual "data diri" kita. Itu baru satu akun media sosial. Bagaimana jika kita memiliki lebih dari satu? Saya pun memiliki lebih dari satu, dan sering merasa tidak nyaman jika melihatnya terpampang di internet. Ah, saya memang aneh. Memiliki akun media sosial berisi data diri (yang jelas-jelas diletakkan di internet), tapi tidak mau identitasnya tersebar. Kenapa pula saya tidak menjadi anonim saja? Haha, saya yakin pemikiran ini absurd. Saya hanya dapat tertawa miris mengetahui fakta itu. Seperti kutipan Bob Dylan di atas, privasi adalah sesuatu yang bisa kita jual, tapi tidak bisa kita beli kembali.

Bukan berarti kita harus menutup diri dari dunia maya lho. Perkembangan zaman menuntut kita untuk berubah, salah satunya adalah berbaur menjadi masyarakat internet. Banyak manfaat positif yang kita dapat dari internet, hanya saja internet menyerap sesuatu yang membuat kita terlena. Internet berkembang menjadi media yang menyimpan privasi, celah yang mungkin tidak disadari oleh banyak orang.

"All human beings have three lives: public, private, and secret" -- Gabriel Garcia Marquez

Saya membuat blog personal dengan motif untuk menyehatkan kondisi emosi saya yang dahulu sering naik turun tidak menentu. Saya kerap minder dan tidak tahu apa yang bisa dibanggakan dari diri sendiri. Saya berharap, dengan menulis, maka emosi saya menjadi lebih tertata. Seperti namanya, blog personal menyediakan semua yang dibutuhkan untuk kepentingan pribadi: sebuah media dimana kita dapat menyuarakan hal secara personal. Fungsinya sama seperti akun media sosial lain, namun sebuah blog lebih bersifat eksklusif, dan -- ini yang selalu saya tekankan -- lebih elegan. Jadi, sudah sewajarnya kan jika saya menggunakannya untuk menuangkan informasi pribadi, namun... saya tidak ingin melakukannya. Kenapa? Well, jawabannya sederhana: karena saya tidak terbiasa bercerita mengenai hal-hal pribadi kepada orang lain.

Baca juga: Bagaimana Jika Blog Kita Dibaca oleh Orang yang Dikenal?

Jujur, setiap kali membaca blog orang lain dan mendapati sebuah pengisahan pribadi di sana, saya selalu takjub. Serius. Para blogger tersebut dapat menceritakan pengalaman pribadi (curhatan) mereka dengan runut dan indah (bahkan kerap dibumbui humor segar), seperti membaca sebuah novel, dan saya tidak bisa melakukannya. Apakah curhat melalui blog itu salah? Tidak, jelas tidak. Itu hak kita untuk bercerita, sepanjang tidak mengandung SARA. Saya punya daftar pribadi berisikan blog-blog yang mana saya selalu senang membacanya (tidak perlu saya publikasikan disini). Mereka dapat mengolah curhatan dengan baik, dan saya tidak habis pikir bagaimana mereka bisa mengolah dan meramunya sedemikian rupa. Luar biasa. Jika saya menulis tentang hal-hal pribadi, saya yakin hasilnya akan kacau dan tidak jelas. Ah, blogger personal macam apa saya ini? Hehe.

"I value my privacy and my personal life" -- Scarlett Johansson

Setiap blogger memiliki persepsi masing-masing terkait privasi, dan saya menghargainya. Saya tidak menghakimi siapapun disini. Saya hanya ingin mengatakan bahwa saya adalah tipe yang jarang bercerita mengenai hal-hal pribadi kepada orang lain. Jika ingin bercerita, saya akan mendatangi beberapa orang tertentu. Dalam rentang perjalanan hidup saya hingga kini, tercatat hanya segelintir orang (jumlahnya pun tidak lebih banyak dari jumlah jari tangan) yang membuat saya nyaman dan merasa terbuka untuk bercerita mengenai apapun. Faktor penentu jika saya sudah merasa nyaman dan percaya kepada seseorang adalah saat saya menceritakan mengenai kehidupan pribadi, pengalaman, jalan pemikiran, hobi, ide, karya serta visi saya ke depan. Itu semata-mata karena saya tahu mereka akan mendengarkan dan menilai saya dengan tulus. Saya akan merasa senang jika dapat bertukar pikiran dengan mereka, dan saya merasa beruntung kenal dengan mereka.

"...privacy makes things last longer, i feel" -- Brandy Norwood

Banyak yang menyatakan bahwa dalam era digital seperti sekarang, privasi sudah menjadi barang langka. Internet mengetahui siapa kita lebih dari yang kita bayangkan. Itu berarti setiap orang dapat mengetahui fakta diri kita tanpa bertemu langsung. Beberapa informasi dapat disalahartikan lho, tergantung persepsi setiap orang saat melihat atau membacanya. Bisa saja kita ingin bercerita mengenai sesuatu, namun orang lain mengartikannya secara berbeda, dan jadilah perang dunia maya, sebuah perang lisan dalam bentuk tulisan.

Maaf, sekali lagi saya tidak menghakimi siapapun disini. Jika kalian merasa nyaman bercerita mengenai apa pun di media sosial, itu hak kalian. Saya menghormatinya. Siapa lah saya jika harus menghakimi tindakan semua orang? Saya yakin pembaca blog ini sudah dewasa dan mampu memahami resiko dalam setiap tindakan yang diambil.

Hmh, itulah sekelumit pemikiran saya mengenai privasi. Saya jadi bertanya-tanya sendiri, apakah saya yang terlalu berlebihan dalam menanggapi isu ini, apakah jalan pemikiran saya aneh (saya kerap mendapat komentar seperti ini), apakah saya tipe pribadi yang tidak umum, apakah itu berarti saya terlalu tertutup dan tidak jujur, atau... apakah saya yang tidak cocok menjadi masyarakat internet (dunia dimana semua hal mampu disebarluaskan dalam hitungan sepersekian detik)?

Entahlah. Bagaimana menurut kalian?

-Bayu-


Note: Hasil memainkan playlist secara acak sebelum menulis adalah munculnya sebuah lagu bernuansa pop dengan sentuhan alternative rock milik Michelle Branch yang berjudul "All You Wanted". Lagu ini sukses memutar kembali kenangan akan masa remaja. Dengan lirik dan chorus yang memorable, Michelle Branch menyajikan sebuah musik pop berkarakter yang sanggup membuat saya memainkannya secara terus-menerus sepanjang proses menulis. 


Image source: en.wikipedia.org

52 komentar

  1. kalau menurut saya, pengguna internet itu sama kaya dunia nyata. ada orang2 yg tiap ketemu orang lain pasti cerita bongkar aib sendiri. atau ada orang yg dikit2 cerita, dikit2 ngeluh seakan2 dunia ini ga cukup sama derita yg dia miliki :D. jadi, baik Dunia Maya dan dunia sosial sama aja buat saya. lah kalau saya, tipikal orang yang senang mengamati...kemudian menertawai wkwkwkwkwk. maklum "devil inside of me" :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Polemik dunia nyata dan dunia maya memang suka campur aduk sih ya, apa yang dibahas di dunia nyata, kadang sama aja kalo dibahas di dunia maya, malah dunia maya lebih kejam karena seseorang bisa berlindung dalam sosok "anonim". Begitulah.

      Hehe, dengan senang mengamati tingkah polah pengguna internet atau orang-orang di dunia nyata, bisa jadi malah ada hal unik yang bisa diambil dari sana, ya kan? In a positive way :D

      Hapus
  2. Kalau mengenai privasi gimana ya, berhubung aku memiliki karir yang bergerak langsung sama konsumen dan online jadi mau nggak mau privasi (data diri) aku harus di ketahui oleh konsumen :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Santai aja Wid, ini cuma opini pribadi gua kok hehe. Untuk hal-hal tertentu, beberapa hal tetap membutuhkan keterlibatan internet, termasuk membagikan data pribadi demi kepentingan bisnis. I think it's fine, as long as we can take advantage of it :D

      Hapus
  3. barusan nyoba ngetik nama sendiri di internet..... astaga hasilnya malah bikin ngakak..... ternyata yang namanya mirip dengan saya banya juga...:D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haha, jadinya malah ngakak ya Mas. Kadang uniknya itu ya, ada nama-nama yang mirip sama kita. :D
      Algoritma Google yang ngebuat semua nama acak itu terkumpul dengan rapi begitu kita coba ngetik nama sendiri di halaman pencarian.

      Hapus
  4. Sempet mikir begini juga gue, Bay. "Apa iya gapapa gue curhat masalah pribadi?"

    Habisnya begitu cerita, gue merasa lega. Kadang bingung juga, sih, ini gue curhat terlalu personal apa nggak, ya? Bahaha. Sekarang mau coba cerita hal-hal yang lain, tapi bingung. Udah kebiasaan. Udah ditekuni. Susah banget diilangin. :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebenernya ngga apa-apa kok Yog, itu hak dasar setiap blogger, sepanjang ngga ada unsur SARA. Toh sejatinya blog kan emang untuk menampung pemikiran pribadi. Tapi lagi-lagi tergantung si blogger-nya sendiri, sejauh mana dia mau nyeritain itu. Kalo dalam kasus gua, bisa dibilang akan sulit terealisasikan, mengingat gua ini belom berani cerita banyak hal pribadi di internet hehe.

      Nah itu dia, perasaan lega itu yang bisa ngebuat orang nyaman. Ngga apa-apa kok, daripada dipendem jadi macem-macem, malahan ngga baik. Dengan cerita dan lega, siapa tahu jadi makin semangat beraktivitas.

      Kalo udah ditekunin dan jadi kebiasaan, just keep doing on that. Apalagi lo bilang susah diilangin, kan? Pasti akan ada pembaca di luar sana yang merasa tercerahkan setelah baca cerita-cerita lo, karena gua sendiri udah pernah ngerasainnya Yog, tulisan-tulisan lo bisa ngehibur gua kalo lagi stres :)

      Hapus
  5. Privasi dalam kehidupan emang penting banget,,, tap jangan sampai privasi itu jadi penghalang buat kita lebih terbuka... Setuju gak Bro..?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ah, comment-nya sungguh tepat sasaran hehe. Bener bro, setuju kok, jangan sampai privasi itu yang menghalangi kita untuk terbuka. Well, semoga aja prinsip keterbukaan yang dianut ngga yang sampe mengorbankan privasi terlalu dalam alias kebablasan. :)

      Hapus
  6. Iya sih, kerna ada internet, kita jadi gambang banget mencari tau tentang pribadi seseorang, tinggal kita ketik saja namanya bakalan terpampang informasi yang kita inginkan. Tapikan yang di publikkan hanya data pribada yang umum saja gak mendetail kebanyakan gitu sih...

    Ya ampunnn bay... Saya termasuk salah satu yang suka ngeblog tentang pengalaman pribadi sendiri(curhatan). saya gak bisa nulis tentang Artikel yang berat dan berkelas seperti kamu,, saya juga takjub baca artikel2 kamu yang formal dan rapih.. saya pengen bercerita dengan gaya formal, tapi saya gak bisa melakukannya.. ya begitulah terkadang kita ingin slalu "serba bisa" hehe..

    oiya bay, saya jadi ngebayangin gimana kalo kamu ngepost tentang Pengalaman pribadimu, saya harap suatu hari nanti kamu curhat tentang kisah cinta ato apalah itu.. :)

    dan kalo menurut saya, kamu gak aneh kok bay, kamu itu cuman khawatir kalo post atau pun privasimu di baca sama orang yang mengenalmu dan yang gak kamu harapkan, bila ada yang menyalah artikan tentang cerita tersebut yah itu sih yang bahaya...

    pokoknya ya gitu deh,, pikiran masing2 orang berbeda2 kan?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Risma, internet memudahkan semuanya, bener-bener hasilnya langsung tampil dalam hitungan detik atau bahkan sepersekian detik. Bener, kebanyakan data yang umum, ngga mendetil, kalopun mendetail, mungkin data-data tersebut memang butuh untuk disebarkan oleh si empunya.

      Setiap blogger punya keunikan masing-masing kok. Blog lo termasuk yang gua nilai bisa menceritakan pengalaman pribadi dengan baik. Bener juga, kita selalu ingin "serba bisa" hehe. Alhamdulillah, makasih lho udah dibilang "formal dan rapih", padahal tulisan-tulisan gua selama ini mah masih perlu banyak belajar :p

      Haha, mohon maaf Risma, kayaknya untuk masalah pengalaman pribadi gua sendiri, apalagi yang terkait cinta, belom bisa dituangin di blog ini. Nulisnya mungkin bisa berminggu-minggu atau malah jadi grogi. Jadi mending gua simpen sendiri aja hehe. Kalo ada pengalaman pribadi yang sekiranya cocok jadi tulisan yang senada dengan tulisan gua selama ini, ya mungkin itu yang bakal gua publish :p

      Nah ini bener banget, thanks udah menyimpulkan begitu. Gua khawatir tulisan gua disalah artikan atau semacamnya. Yap, pikiran setiap orang berbeda-beda. :D

      Hapus
  7. hhmmm... kadang aku termasuk yang curhat di blog juga sih. cuma ya tentunya nggak semua diceritain baik itu ke sahabat maupun ke blog pribadi. ada hal-hal yang kubiarkan terbuka dan diketahui orang. ada juga hal yang menurutku cukup aku dan Tuhan saja yang tau :)

    btw, aku kalau ngetik nama asliku di gugel, yang keluar biasanya sih koran-koran yang pernah mempublish tulisanku. biasanya kalau nulis di koran aku baru pakai nama lengkap :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, setuju nih sama opininya. Ya, memang dari diri kita sendiri ya yang mesti memilah dengan baik, mana yang dikonsumsi untuk publik, mana yang untuk pribadi (dalam artian untuk kita dan Allah SWT aja yang tahu). Tapi kalopun mau diceritain ke sahabat terdekat juga ga apa-apa kok, sepanjang bermanfaat untuk diri kita. But in the end... semua tergantung kita sendiri :)

      Wah keren... yang terpampang di hasil pencarian malah tulisan-tulisan yang pernah publish di koran ya. Salut :D

      Hapus
  8. tulisan yang bagus bro,,, kalau Saya pribadi untuk di blog itu lebih terbuka,,,, bahkan kadang gak disensor sama sekali,, ada beberap hal yang pantas untuk diceritakan dan gak pantes untuk diceritakan, contohnya adalah maslah aib orang lain :v nah itumah kagak usah diceritakan hehe,,, Sebenarnya kita masih bisa tetap bersentuhan dengan internet dan tetap menjaga privasi kita yaitu dengan cara mengontrolnya,, contoh sederhananya adalah facebook, kalau di facebook kita kan bisa ngontrol dengan siapa kita mau berbagai,,, nah dari situ kita bisa sortir orang mana saja yang boleh mengakses kehidupan pribadi kita....

    Kalau untuk blog pribadi aku lebih memilih untuk mengrahasiakannya,, maksudnya biarlah orang yang tidak kenal saja yang tahu,, sementara untuk blog - blog yang memang untuk bisinis atau dagang yang identitas kita perlu dipublikasikan dengan jelas,, biar orang percaya sama prodak yang kita jual,, jadi mungkin gimana blognya juga kali yahh.... lah inimah cuman pendapat aja,, ehehehe :v

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah. Makasih Kang :D

      Waduh, bahkan "ga disensor" ya? Haha, kalo untuk tujuan positif mah ngga apa-apa, it's okay. Bener, untuk urusan yang ngga pantas diceritain, ada baiknya kita simpen sendiri aja. Terkait kontrol privasi, ya itu juga bener. Banyak media sosial yang udah nanemin fitur untuk hal-hal kayak begitu, jadi kita sebagai penggunanya merasa nyaman saat harus sharing ini itu, ngga khawatir dicap macem-macem, karena kita bisa atur siapa aja yang lihat.

      Ya, gua ngerti maksudnya Kang. Untuk blog dengan tujuan bisnis dan berhubungan dengan banyak orang, memang ngga diragukan lagi perlu data diri ya, tapi kalo blog pribadi... tergantung blogger-nya sendiri hehe, mau dipublikasiin apa ngga. :p

      Ngga apa-apa, semua pendapat ditampung disini. Thanks ya udah mampir & comment :D

      Hapus
  9. Udah hampir setahun ini fb gue deactive , alasannya? Gue udah gak nyaman dengan privasi gue disana, banyak family yang cuma asal komen kalo gue nyebarin link-link lini masa yang sebnernya tujuan gue baik, mau berbagi informasi, tapi kalo dilihat feedbacknya kaya gitu, aduh jadi males, suka komen/judge sesuatu cuma jadi judulnya aja, tanpa pernah tahu manfaat dari isi artikelnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hm, sampe deactive ya? Kalo gua, Facebook punya, tapi udah lama banget ngga maen kesana haha, pasti udah berdebu banget itu. :p

      Jadi, tujuan awalnya baik ya Vir, sharing link untuk berbagi informasi, eh begitu feedback-nya ngga sesuai, lo memutuskan untuk pergi. Ngga apa-apa, masih ada media sosial lain yang akan ngasih lo feedback memuaskan.

      Ya, sudah semestinya setiap artikel dibaca sampe tuntas, untuk ngehindarin comment yang kurang pantas. Ayo, tetep semangat berbagi informasi Vir :D

      Hapus
  10. aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaakkkkkkk

    ini kok isi hatiku banget ya Bay
    jujur kalo ngesearch nama sendiri trus ketampil curcolan rasanya pengen deh ngilangin jejak ahahhaha

    dan aku sekarang bertekad untuk ga terlalu curcol deh klo di blog, serem
    kita nulis apa, ditanggepiinyya kadang beda sama yang baca hhihi
    klo blog kamu mah masih aman Bay, kan postingannya kebanyakan kontemplasi

    nah punyaku curcol curcol sadappp semua kebanyakan(kudu dikurangin ni porsi curhatnya)

    bener banget sih yang kamu tuliskan di atas, kudu mawas diri misal cerita apa di tulisan..gue harus belajar banget tentang ini

    big thanks bayu :D :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masa sih, Nit? Haha. Padahal ini cuma opini untuk menguraikan kusutnya pikiran, udah ada di draft tulisan, sempet ragu juga pas mau publish :p

      Hasil mesin pencarian itu emang bisa bikin emosi campur aduk ya. Kalo yang sekiranya ngga mau kita lihat malah ketampil, duh rasanya pengen nenggelemin diri di dasar samudera haha, atau kayak yang lo bilang, pengen ngilangin jejak. Tapi karena itu dunia maya, dimana jejaknya tertanam rapi dalam jejaring web yang super duper rumit, jadi kita hanya bisa pasrah :p

      Persepsi setiap orang soalnya suka ga sama ya Nit.
      Ah, gua seneng lo masukkin kata "kontemplasi" di comment ini, berasa hawa-hawa perenungan mendalam. Gua sebisa mungkin nuangin opini yang ada di benak, kalo bisa jadi bahan renungan pembaca, ya Allah itu akan sangat sangat sangat membahagiakan :D

      Nit, blog lo curcolnya masih dalam taraf oke kok, dan blog lo ada dalam list blog-blog yang gua anggep bisa menyajikan curcol ke pembaca dengan baik. Justru dalam beberapa tulisan, lo nunjukkin semacem sikap/pendirian pribadi, apa yang lo pegang teguh, dan itu keren. :)

      Sama-sama Nit :D

      Hapus
  11. etapi klo ngesearch nama sendiri, posisi atas masih didominasi artikelku waktu masih nulis di media ;D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oya ya, lo kan pernah jadi jurnalis hehe. Keren euy, hasil pencarian didominasi karya sendiri, rasanya pasti bangga. :D
      *two thumbs up for Nita*

      Hapus
  12. Serus, saya tertarik dengan post kamu yang ini. Dan percaya nggak percaya, saya juga jadi ingin mengetikkan nama saya di google. Namun karena nama saya familiar (slalu ada, minimal satu nama yang sama setiap saya datang ke suatu tempat) yah, hasil pencariannya jadi banyak :D

    Tapi saya akui ya, Bay (eh saya panggil Bay aja yah) memang ya, menulis di media itu bikin deg degan. Di satu sisi saya pengin orang lain tau apa yang sedang saya fikirkan, tapi di sisi lain saya juga takut dengan penerimaan orang lain terhadap tulisan itu. Yah setidaknya tulisan kamu, menginspirasi saya untuk buat satu buah tulisan yang lain. Thank you, Bay. Salam Kenal..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe, langsung tertarik untuk cari nama sendiri ya. Kalo gua pribadi, begitu nemu nama yang sama, biasanya malah suka penasaran apa artikel yang nyangkut ke nama dia :p

      Ga apa-apa, panggil "Bay" aja, ga masalah kok. Nah kan, ngerasa gitu juga ya? Hehe. Apa yang kita tuangin jadi sebuah tulisan mau ngga mau akan berhadapan dengan beragamnya persepsi setiap orang yang akan baca. Wah, bener nih tulisan gua menginspirasi ngebuat satu tulisan? Alhamdulillah kalo gitu.

      Sip, makasih juga ya udah bersedia mampir kemari dan comment. Maaf kalo gua lama balesnya hehe. Salam kenal juga, Ayu. :D

      Hapus
  13. Dulu aku pernah iseng gugling namaku, Bay. Dan hasilnya banyak karena namaku pasaran. Bahkan banyak keluar yang aneh-aneh :D

    Sebagian yang mau aku sampein udah disampein sama yang pada komen ini. Terutama sama Mbak Nita dan Mbak Ayu Lestari. Aku juga ngerasain ketakutan yang sama. Atau lebih tepatnya punya perasan deg-deg an kalau mau nulis curhatan di medsos, termasuk di blog. Tapi aku juga gatal mau nulis, karena kalau nggak ditulis aku malah uring-uringan sendiri. Alhasil curhatnya rada terselubung, kayak review film atau apa. Ya walaupun kebanyakan curhatnya daripada review-nya. Hahaha. Tapi setiap nulis soal curhatan (apalagi soal hati yang patah, hoeek) aku ngerasa aku nggak bisa mengolah curhatan itu buat enak dibaca dan buat orang peduli sama curhatanku. Banyak pikiran yang ngeganggu aku banget. Aku mikir, "Ini postingan lembek banget sih. Yang baca bawaannya pengen bermuran durja deh kayaknya." Atau mikir, "Kamu nulis galau gitu, memangnya bagus, Cha? Memangnya ada yang peduli?" Huhuhu.

    Menurutku jalan pemikiran kamu nggak aneh, Bay. Wajar aja. Setiap orang pasti punya 'kadar' keterbukaannya masing-masing. Dan menurutku bagus, karena dengan adanya hal itu, kamu jadi punya ciri khas buat blogmu. Aku ngerasa blog yang membahas tentang opini begini, membahas hal-hal berat yang hebatnya-kamu-kepikiran-aja-trus-bisa-mewakili-perasaan-para-pembaca, masih sedikit. Ditambah lagi dengan rekomendasi lagu di setiap postingannya. Ngebuat blog kamu berbeda. Lagian kalau cowok kebanyakan kayak gitu sih rasanya, nggak lebih terbuka daripada cewek.

    Untuk lagunya, aku pernah denger nama Michelle Branch ini. Cuman lagunya belum. Huhuhu. Lagu yang punya chorus yang memorable memang enak buat didengar ya, Bay :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Beneran, Cha? Ada yang aneh-aneh hasilnya? Hehe. Namanya juga satu dunia kumpul semua di internet ya, jadinya begitulah, campur aduk hasilnya.

      Nah, kalo emang dengan nulis unek-unek atau curhatan bisa bikin perasaan plong, why not? Meskipun banyak pemikiran awal yang mengganggu, menurut gua silahkan lo tulis apa yang jadi unek-unek selama ini. Kalo gua kan emang ngga nyaman nulis yang kayak begitu, toh gua udah punya temen-temen curhat khusus, jadi keresahannya dilampiaskan melalui orang lain hehe.

      Ah, ngga kok Cha, gua meletakkan blog lo di deretan blog-blog yang bisa nulis curhatan dengan oke. Kemampuan menulis lo ngga bisa dianggap remeh. Bisa menulis dengan untaian kalimat yang lancar pas dibaca itu udah juara deh. Review lo keren kok, ada ciri khas seorang Icha Hairunnisa disana. Lanjutkan :D

      Hehe iya Cha, setiap orang toh punya kadar keterbukaannya masing-masing ya. Duh, makasih nih dibilang punya ciri khas :p pake ditambahin kalimat "hal-hal berat yang hebatnya-kamu-kepikiran-aja-trus-bisa-mewakili-perasaan-para-pembaca" pula, jadi makin bahagia. Gua sebisa mungkin menuangkan apa yang terlintas di benak, ide-ide yang kadang gua sendiri bingung kok bisa nemplok di kepala haha. Untuk rekomendasi lagu, sebatas kebiasaan yang ngga bisa dihilangin :D syukur-syukur kalo pembaca bisa tertarik dengerin lagu-lagunya.

      Michelle Branch ini lagu-lagunya keren, terutama yang All You Wanted, gua suka banget. Iya Cha, lagu yang punya chorus memorable itu enak banget buat didengerin :D

      Hapus
  14. Privasi yang ada saya pikir hanya sebatas ketika kita berinteraksi secara intim dengan orang terdekat, selebihnya gak ada yang privasi didunia ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hm... ya, interaksi secara intim dengan orang terdekat sudah sangat merupakan privasi itu :) ngga bisa diganggu gugat keabsahannya.

      Hapus
  15. Privasi yang ada saya pikir hanya sebatas ketika kita berinteraksi secara intim dengan orang terdekat, selebihnya gak ada yang privasi didunia ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya tertarik sama kalimat "selebihnya gak ada yang privasi di dunia ini" karena kenyataannya memang demikian, dan itu terdengar menakutkan. Internet dan beberapa alat teknologi tertentu memungkinkan semua orang bisa mengakses kehidupan semua orang.

      Hapus
  16. Aku ngerasa sih semakin lama, apa yang menjadi privasi dari kita itu lambat laun akan jadi nggak privasi juga kok :' aku sendiri hampir nggak ada privasi ._.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Begitu ya, Feb? Iya ya... dengan pesatnya perkembangan teknologi, memungkinkan ke depannya privasi hampir punah, tapi semoga aja ngga kejadian. Kita masih punya tantangan untuk bisa menjaga privasi kita sendiri. Gua pun yakin lo masih punya hal-hal privasi, hal-hal yang lo ga mau diganggu orang lain, sekecil apapun itu. :)

      Hapus
  17. Aku seriiinngg banget iseng2 nyari namaku di mbah gugl. Sering jg sih kepikiran "Brrti privasiku udh gak aman lg dong?" Secara, di mbah gugel dari mulai tgl lahir, nama, sampe lokasi tmpat kita tinggal pun ada. Smga gak disalahgunakan oleh org lain deh._. Internet emang terkadang seperti pedang bermata dua ya.. Tapi, yaa... Bgtu, skrg emg udh eranya internet. Apalagi udah bikin blog. Niat awalnya sih emg krna ingin curhat dan bebas berekspresi. Aku jg berusaha gak trlalu mengumbar kehidupan pribadi sih. Misalnya tntang masalah pribadi, paling aku lebih suka nulis yg happy2nya aja ketimbang masalah pribadi. Hehe.

    Blognya kak bayu.. Kalo aku bilang malah lebih tepat sperti blog motivasi. Iya, bnyak motivasi dan energy positif yg aku dapat dri blog ini. Aku malah salut sama kak bayu, bsa bikin postingan yg penuh dgn pemikiran matang sprti ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Seriusan, Lu? Lo sering iseng nyari nama sendiri di Google? Hehe, bener tuh Lu, internet udah kayak asisten data digital pribadi, hampir semua informasi ada, sepanjang kita sadar untuk naro disana. Yap, semoga aja ga disalahgunakan orang.

      Bener banget, internet kadang kayak pedang bermata dua. Pas berselancar di internet, kewaspadaan jangan sampai hilang. Lengah sedikit aja, bisa nimbulin hal-hal yang ngga diinginkan. Tapi itulah internet, dunia dimana semua hal bisa diakses semua orang. Untuk masalah menulis curhatan di blog, semua kembali ke persepsi si blogger itu sendiri. Sepanjang ngga mengandung SARA dan bermanfaat untuk kesehatan diri sendiri dan merasa nyaman dalam menyampaikannya, boleh aja ditulis. :)

      Makasih Lu hehe.
      Alhamdulillah kalo lo dapet banyak motivasi dan energi positif dari blog kecil ini. Ah, senengnya berlipat-lipat deh :D
      Oya, please panggil gua "Bayu" atau "Bay" aja :)

      Hapus
  18. Setiap manusia itu punya ruang privasi yang tidak seharusnya dimasuki oleh sembarang orang. Maka menurutku, bang, adalah tugas kita sebagai pemilik privasi untuk mengunci dan memilah sesiapa saja orang yang kita izinkan untuk masuk. Dan tugas kita pula, sebagai tamu pada ruang privasi orang lain, untuk mengetuk terlebih dahulu sebelum kita terlalu jauh masuk ke dalam :)

    Menarik untuk menanggapi pernyataan bang Bayu tentang "personal blogger macam apa saya ini" terkait keterbatasan dan rasa takut kita tentang membagikan pengalaman pribadi di blog.
    Menurutku, bang, tulisan yang disajikan oleh setiap personal blogger, tidak lain akan berkaitan dengan pengalaman pribadinya. Terlepas dari sadar atau tidaknya si penulis tsb. Maksudku, kita sama-sama tahu bahwa tulisan adalah buah pemikiran. Dan pemikiran, adalah hasil dari proses panjang yang dialami seumur hidup manusia. Dan pengalaman pribadi, sedikit banyak akan mempengaruhi pikiran, dan itu pasti akan tercermin melalui tulisan orang tsb :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Keren nih pemaparan lo, Dar, mantap :D
      Ya, kita adalah pemilik ruang privasi itu, dan sudah semestinya kita sendiri yang mengunci dan memilah siapa aja orang yang bisa akses ruangan tersebut. Kebalikannya, saat masuk ruang privasi orang lain, kita mesti ada sopan santun sebelum masuk lebih dalam. Meski ada juga ruang privasi orang lain yang dibiarkan jarang terkunci, itu kembali ke tiap individu. Kunci ruangannya masih tetep jadi hak milik si individu itu sendiri.

      Iya ya Dar haha, kok guanya ga ngeh. Jadi selama ini apa yang kita tulisin, mau ngga mau udah ngegambarin diri kita sendiri, sadar atau tidak sadar :p

      Thanks for your comment. Oya, panggil gua "Bayu" atau "Bay" aja :D

      Hapus
  19. Aku sering melakukan itu! Googling diri sendiri. Haha. Hasilnya? Kok banyak yak -_- Bahkan pas baca intro tulisanmu ini, ku juga mekakukan hal serupa. Hoho.
    Ku jadi mikir keras (?) haha. Soalnya aku ngetik nama temen. Hasilnya? Cuma ada satu doang tentang dia. Yang lainnya mah ngaco, nama orang yang sama doang kaya dia.

    Sebenernya sih iya juga ya. Kayanya kok ngga ada privasi. Aku termasuk yang suka update sesuatu. Dulu di facebook, twitter. Tapi sekarang udah jarang bangeettt.Sekarang jadinya di instagram dan LINE (ya ngga tiap hari juga sih). Nah, temen-temenku yo kok jarang banget yak menyuarakan isi hatinya. Aku kalo update itu buat sesuatu yang pengen aku inget sebenernya. Bukan curhatan yang kalo sedih atau gimana. Cuma ngeliat temen-temen ku kayanya jarang amat yak update. Apa diriku alay? Bahahaha.

    Hmmm kalo untuk tulisan di blog, itu emang tentang aku sih. Aku emang sukanya menceritakan pengalamanku. Cuma emang ada batasannya. Tentu banyak banget hal yang nggak aku ceritain di blog, yang menurutku "buat apa juga semua orang tau". Ini aja udah agak was-was nih. Kakak dan tetangga baca blog aku. Hhhhhh. Gimanaaa gitu rasanya. Kurang nyaman. Hahaha.


    Pemikiranmu tak aneh, kok. Aku juga suka mikir kaya gitu. Cuma gimana ya huhuuu. Mau nahan nahan juga susaaah. Jadi biarkanlah, paling dibatasi doang mana yang layak diceritakan, mana yang enggak.

    Daku suka baca blog ini, banyak motivasi dan bikin mikir. Haha. Maapkeun kadang suka nggak komen karena suka blogwalking di kereta atau dalam perjalanan menuju/pulang kampus. Ribet mau komen-komennya :")

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ternyata lo juga sering ya, Bil, googling nama sendiri, hehe. Hasilnya banyak dengan tautan yang emang bener mengarah ke diri pribadi, maksudnya? Begitulah, semua jejak kita terekam, tapi kalo fine-fine aja, ya ga masalah, siapa tahu emang ada pencapaian terbaik kita tertaut disana. :)

      Unik ya, karena ngga semua orang jumlah hasil pencariannya sama, ada yang ga relevan, ada yang ternyata nama orang lain, dan lain hal. Ah, kok gua jadi penasaran pengen ngetik nama gua sendiri lagi nih di internet hehe.

      Haha, ya semua orang punya pemikiran tersendiri kok sama yang namanya "update sesuatu". Yang jarang menyuarakan isi hati ya bisa jadi memang karena ngga nyaman ngelakuinnya. Nah, kalo ternyata lo update sesuatu untuk membuat lo inget, ga masalah, toh internet menyediakan banyak media untuk menyuarakan isi hati.

      Kalo untuk tulisan di blog, ya itu murni hak kita, biasanya personal blogger kan emang menggunakan blognya sebagai beranda pemikiran pribadi. Eh samaan dong, gua juga kalo ketahuan orang lain yang udah kenal kita, ga sreg jadinya haha :p

      Hehe, thanks lho, gua sempet nyangka pemikiran gua ini aneh dan absurd haha. Iya, paling dibatasin aja ya mana yang layak diceritain mana yang ngga.

      Duh, thanks Bil, alhamdulillah kalo blog ini bisa memuat motivasi dan bikin mikir hehe. Ga pa-pa kok, kalo lo masih sempet baca blog ini pun udah bikin gua seneng :D

      Hapus
  20. WAAAAH sama banget sih, bay.
    Jaman pertama kali ngeblog tahun 2009, aku juga udah mulai penasaran "Apa namaku muncul ya kalau diketik di google?"
    dan....
    YA.... bahkan muncul twitter, forum, lalu blogku jaman alay.....
    pernah meraasakan ga nyaman pas udah mulai ngerasa kayak ada yang mengintai. akhirnya kuliah aku mulai banyak privasi beberapa postingan di semua sosmed.. hahahahah..
    kayak facebook semua album private wallnya juga... twitter juga. sampai berhenti ngeblog karena merasa kayak semacam "ada yang mengganggu" hidupku dulu ...

    anehkan? hahah..
    tapi itu pernah aku alamin ketakutan semacam itu.....
    sosmed bisa jadi bumerang juga kalau kita mengisinya dengan frontal dan terlalu brutal dan tanpa aturan.

    Akhirnya....
    dipikir-pikir..... gapapalah google munculin nama kita, barangkali ini cara kita terkenal dan dikenang orang nanti.. asalkan hal yang kita tuangkan di dunia maya masihlah dalam batasan normal :)


    nama kita muncul karena pake nama lengkap kan ya?
    nah... mungkin biar aman kita harus punya nama samaran atau nama panggung bay *kekekeekek

    Sekarang kalau surfing sendiri namaku, yang muncul twitter, blog saat ini, blog jaman dulu *uh, linkedin (aku aja ga inget kapan bikin ini zzzz), forum idfb dan BP, dan DIKTI -_-
    warrrbihasaaaaa.........

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe beginilah Han, gua tiba-tiba kepikiran hal yang ngga jelas, jadinya gua tuangin aja di blog.
      Blog jaman alay biarlah menjadi kenangan ya, toh sekarang blog lo kan diposisikan sebagai food blog tuh, terlihat profesional. Keren :D

      Iya, kalo ngerasa kayak ada yang ngintai di internet, udah ngga nyaman lagi ya. Gua facebook jarang pake, jadi paling udah berdebu banget itu, ngga banyak postingan disana. Paling masih aktif di twitter, itu pun gua gembok hehe, dengan kata lain, kalopun ada yang mau masuk, silahkan "ketuk pintu" dulu, nanti gua kasih akses :p

      Wow, lo sampe berhenti ngeblog dulu gara-gara merasa kayak ada yang ngeganggu hidup lo :(
      Ya ya ya, gua baru tahu ada yang begini, tapi mungkin di luar sana banyak yang ngalamin juga kayak lo. Nah bener banget tuh apa ya lo bilang, sosmed bisa jadi bumerang bagi diri sendiri. Mudah-mudahan kita semua bisa bijak mengatur sosmed ya. Aamiin.

      Hehe, wah bener juga... biarlah Google menyimpan semua track record dunia maya kita, kalo emang ini bermanfaat bagi kita.

      Nama gua muncul kalo pake nama lengkap dan ngga lengkap, ketik pake nama depan dan tengah juga muncul ini itu malah :p unik juga sih kalo dilihat-lihat... kadang geleng-geleng kepala sendiri haha. Eh bener juga sih, bisa pake nama samaran, tapi gua kayaknya belom kepikiran :D

      Haha, LinkedIn gua juga punya tuh, itu gua dulu bikinnya pas masih mau cari kerja, tapi kalo sekarang dipake untuk memperluas relasi. Ah, hasil pencarian atas nama lo yang disebutin di atas luar biasa... :D

      Hapus
    2. HAHAHAHAHAH belum merasa profesional Bay, kameranya aja cuma bemodal ponsel LOL.

      aku sekarang aktif facebook lagi untuk share link blog sih Bay, jadi emang harus promote ke beberapa medsos...
      twitter pun yang awalnya private sekarang harus public lagi karena hal itu. walaupun awalnya ga nyaman sama sekali sih hmm...
      twittermu apa by the way?

      hahahaha iya.. entahlah sampai buat postingan I QUIT gitu di blog, kalau emang mau berhenti ngeblog karena merasa ga nyaman. Secara waktu itu nomor hp aja ada yang neror dan medsos jadi inceran. ga paham sih orang yang menggangu dulu maksudnya apa zzzz... sekarang pun ngeblog awalnya niat pakai nama samaran aja hahaha.
      tapi apalah daya akhirnya pakenya HAN FAUZIYAH, ngehilangin sedikit bagian dari nama asli.

      wkwkwkwkwk google adore you so much sampai paham banget walaupun kamu ngetik nama lengkap dan ga lengkap tetap munculin all about you hihihi.
      kalau aku malah keluarnya beda-beda LOL.

      kalau aku kepikiran buat nama samaran kalau emang jadi nulis novel gitu sih Bay, jadi tenang gitu idup kalau ga ada yang tahu hahahhahhaha *padahal belum tentu laku juga ya.

      aku lupa lho linkedin aku id nya password dllnya apa............... nambah relasi ya? hmmmm... bikin lagi aja apa ya? hahahaha.
      duh ..... yang luar biasa cuma nangkring dikti doang. itu data-data matkul jaman kuliah yang diambil, untung nilainya ga dibocorin juga hahahahah bisa berabeee

      Hapus
    3. It's okay Han, kamera ponsel pun bisa diolah dengan bagus kan...

      Gitu ya, aktif di Facebook & Twitter lagi untuk share link blog. Bagus, toh promosi lewat medsos emang penting kan untuk ngejaring viewer. Oya, akun twitter gua @Bayurohmantika.

      Waduh Han, serem juga kalo nomer hape sampe ada yang neror.

      Pake "Han Fauziyah" juga udah keren kok, ga perlu nama samaran :D

      Haha, entahlah... Google's algorithm is quite unique for me :p
      Kalo nama samaran untuk novel, gua juga kepikiran gitu tuh, jadi ngga ada yang sadar siapa kita, tapi ya... sampe sekarang pun baru sebatas niat doang, belom direalisasiin hehe :p

      Diinget-inget lagi Han password LinkedIn-nya, atau ngga reset password, bermanfaat kok buat jejaring profesional :D

      Hapus
  21. Dulu saya juga pernah coba searching nama sendiri, dan hasilnyaaaaaaaa saya insyaf, saya sadar ke-alay-an zaman-zaman baru kenal media sosial, apa-apa di update, ada media sosial baru langsung register/ sign up, identitas diri jadi tersebar kemana-mana. Tapi seriusan, setelah "searching" itu saya menghapus beberapa media sosial yang nggak aktif dipakai, dan meminimalisir info diri, cuma yang umum-umum aja. Sekarang pun semua media sosial digembok, jadi temanan dulu baru bisa dilihat, kecuali twitter dan blog pastinya *lohkokcurhat

    Tapi beneran deh curhat di blog itu lebih elegan apalagi dengan penyajiannya kayak cerita atau novel gitu... salam kenal

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masa-masa muda biasanya emang penuh dengan gejolak untuk berekspresi, termasuk lewat media sosial. Makanya begitu satu media sosial muncul, dan temen-temen kita banyak yang pake, biasanya kita akan tertarik :D Gua juga begitu, tapi untuk beberapa medsos aja.

      Oh, jadi akhirnya malah dihapus ya beberapa medsos yang ngga kepake? Well, itu tergantung pilihan tiap orang. Kalopun akhirnya ngga dihapus, jadinya malah digembok ya. It's okay, beberapa medsos gua pun digembok kok, sama. Ngga apa-apa curhat, ditampung kok hehe :p

      Iya kan... curhat di blog itu beda sama curhat di medsos lain, terlihat lebih elegan. Ya, penyajiannya biasanya enak dibaca. Pembaca dan komentator di medsos lain belum tentu seorang blogger, sementara komentator di blog mayoritas adalah blogger.

      Salam kenal juga. Thanks ya udah mampir kemari :D

      Hapus
  22. Selalu deh, kalo baca postingan Bayu, seola-olah gue terhipnotis untuk gak komentar singkat. Serius. Ya, selain materinya kebanyakan berangkat dari hal sederhana, tapi diramu dengan gaya khas dari seorang Bayu. Kamu keren!!.

    Oke, mengenai Privasi di Zaman sekarang memang sudah tidak asing lagi jika semuanya tampak tidak ada yang tersembunyi. Dari mulai yang awalnya ada Internet dan seiringnya kebutuhan manusia, semuanya seolah-olah dibuat untuk mengumbar privasi masing-masing.

    Jujur, terkadang gue sendiri ngerasa gak nyaman, kalo kehidupan asli gue dikaitkan sama dunia maya. Yoi, karakter gue di dunia Maya dan Nyata itu gak bisa disamakan (ini membokar privasi :D).

    Nah, buat gue sih, Privasi itu tetep bisa dijaga di zaman sekarang. Tapi, lebih kepada something yang ada dalam diri kita. Kalo misalnya gak mau privasinya terganggu, ya jangan diuggah. Misalnya : gue gak pengen ada yg tau gue lagi dimana? Gampang banget, jangan mengganti atau membuat status apapun tentang kegiatan selama gue gak pengen privasi diri gue orang lain itu.

    Menurut gue sih, ini tentang SIKAP. Harus pandai memilah-milah mana yang patut untuk dibagikan dan mana yg hanya untuk koleksi diri kita. GItu sih.

    Udah, deh. Takut kepanjangan malah jadi post baru. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, gua seneng deh baca komentar lo haha, sampe dibilang punya ciri khas pula. Thanks Pangeran :D

      Ya, di zaman serba modern ini, semua hal dibuat untuk memudahkan manusia, termasuk mempublikasikan data diri. Semua media sosial mengeruk keuntungan dari celah tersebut, dan mereka berhasil. Pengguna internetlah yang mesti hati-hati agar tidak terjebak terlalu dalam.

      Hmh, jadi ternyata karakter Pangeran di kehidupan nyata dan dunia maya berbeda? It's okay, sebagian besar blogger kayaknya demikian juga :p karena biasanya seorang blogger lebih lihai merangkai kata demi kata dalam sebuah tulisan ketimbang mengungkapkannya secara langsung. Hehe.

      Gua setuju banget sama pendapat lo. Kita bisa tetap menjaga privasi. Dan semua terkait sikap. Harus pandai memilah mana yang pantas dibagikan dan mana yang tidak.

      Kenyataannya, semua orang berbeda dalam menyikapi sebuah media sosial. Untuk mereka yang nyaman menggunakannya untuk share ini itu, ya silahkan, gua sendiri ngga punya hak untuk melarang mereka. Gua akan tetep berusaha menghormati semua pengguna media sosial.

      Ngga apa-apa Pangeran, kalo mau comment panjang lebar, siap ditampung disini. Thanks for your comment :D

      Hapus
  23. udah cek di google ternyata banyak orang namanya sama :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe, begitulah Google. Perpustakaan digitalnya yang super duper luas pasti nampung banyak data pribadi seseorang, apalagi yang punya nama sama :D

      Hapus
  24. Emang gitu tuh. Terkadang gue juga mikir bahwa kayaknya "internet" punya semua yang gue punya bahkan melebihi orang-orang terdekat gue (oke, ini lebay). Coba deh tonton video dokumenter judulnya the power of privacy. Bagus tuh. \:D/

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haha, internet udah berkembang jadi serba bisa ya, kayaknya apa aja bisa dilakukan lewat internet, dan apa aja bisa ditemuin di sana. Kadang fakta bahwa internet tahu diri kita cukup ngebuat gua khawatir :p
      Ngga lebay kok Di, emang demikian kenyataannya.

      Wah, gua belom pernah tahu tentang video dokumenter yang lo sebutin itu. Oke deh, next time bisa gua tonton. Thank you Di :D

      Hapus
  25. Long time not to visit your Blog bro, hehehe sorry baru kembali ke blogsphere setelah sekian lama bertapa.

    Btw mas aku juga nemu artikel serupa seperti yang mas tulis di sini:
    http://nadkhaerunnisa.com/2016/04/16/about-online-presence/

    Hmm sedikit cerita, dulu pas awal-awal kenal internet, pas lagi labil-labilnya jadi orang, sering banget gitu share ini itu, kalau lagi join even tertentu langsung upstats di berbagai medsos. It seems weird I thought. Tapi ya emang begitu sih kurasa fase-fase yang ada.

    Dan mulai setahun lalu aku mulai memikirkan bagaimana aku bisa tetap eksis di dunia maya tapi tidak terlalu banyak orang tau tentangku. So i decided to remove all of my old post on every social media. And change all of my display picture with just a symbol. That symbol represent of me. Hehehe terus juga biar diriku diketahui hanya dari satu sumber yakni blog pribadiku.

    That's all i think. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gua juga, udah lama ga mampir ke blog lo. Pas kemaren mampir kesana, wih... tulisannya makin keren dan "berisi" aja hehe. Mantap lah bro. Lanjutkan :D

      Duh, ngga usah panggil Mas, panggil Bayu aja biar lebih nyaman. Oke sip, gua udah baca juga tuh artikel yang lo lampirin. Yap, tema yang diusung kurang lebih sama. Ada kalimat menarik yang gua kutip dari tulisan itu, yakni: "Gadget is a silent weapon. And as people with it everytime at anywhere, we need to be super cautious because things can get viral super easily" --> wow, ini membuat gua termenung lama hehe.

      Tingkat kelabilan seseorang bisa berbeda, sehingga apa yang dianggap "aneh" juga tidak sama antar tiap orang. It's okay of you shared a lot, as long as you comfort with that, dan tidak ada unsur SARA. Masalah akan dianggap lebay atau tidak, well... itu hanyalah sebuah fase yang kita alami, bukan?

      Wow, you removed all of your post on every social media? It's such a brave decision haha. Jadi, sekarang simbol itu yang mewakili diri lo ya. I think it's unique. You build your own brand of yourself. Bagus. Anti mainstream.

      Nice thought. Thanks ya udah mampir kemari lagi dan comment :D

      Hapus

 

Pengikut

Diberdayakan oleh Blogger.