Notifikasi Aplikasi Terus-Menerus: Kebutuhan atau Gangguan?

Image source: en.wikipedia.org














Ada yang tahu istilah push notification? Rata-rata pengguna smartphone saat ini pasti punya beberapa aplikasi di ponselnya yang selalu mengirimkan pemberitahuan dari server langsung ke smartphone saat ada sesuatu yang baru (update informasi). Akan ada icon aplikasi yang muncul di bagian layar atas, berbaris berderet kalau banyak, mulai dari Facebook, Path, WhatsApp, Line, BBM, dll. Itulah hasil dari push notification. Detailnya pun bisa dilihat kalau di-scroll ke bawah. Atau untuk smartphone tertentu, notification-nya muncul di samping icon si aplikasi.

Banyaknya push notification yang muncul tergantung dari jumlah aplikasi yang tersimpan di smartphone, semakin banyak ya semakin "ramai" mereka bergentayangan di layar, semakin "bising" juga bunyinya, dan baterainya pun semakin boros karena dipaksa terus-terusan mengambil update informasi terbaru dari server.

The question is: apakah kemunculan push notification itu sebagai sebuah kebutuhan atau justru sebuah gangguan?

1. Sebagai sebuah kebutuhan.
Oke, tidak dapat dipungkiri bahwa setiap detik akan selalu ada berita terbaru, dari manapun sumbernya. Untuk pengguna informasi tersebut, pastinya membutuhkan hal ini, tingkat urgensinya disesuaikan kebutuhan. Contoh lainnya adalah email. Dalam dunia kerja, email sangat penting untuk berkomunikasi secara profesional, sehingga kita membutuhkan push notification secara real time. Contoh lainnya adalah instant messaging, yang tentu sangat berguna untuk berkomunikasi secara real time. Untuk itu dibutuhkan info pesan masuk dan keluar secara cepat dan tepat.

2. Sebagai sebuah gangguan.
Media sosial menjadi bahasan utama untuk poin ini. Update status di media sosial yang semakin menjamur bisa menjadi bencana tersendiri saat kita memiliki banyak aplikasi terkait itu. Semakin banyak teman "dunia maya" kita, semakin banyak pula informasi update kegiatan mereka membanjiri smartphone kita. Contoh lainnya adalah instant messaging. Apabila kita tergabung dalam satu grup yang memiliki banyak anggota dan banyak perbincangan terjadi, maka smartphone kita akan menarik informasi tersebut terus-menerus. Bisa dibayangkan bagaimana jika kita banyak tergabung dalam grup diskusi. 


Tenang saja, itu semua merupakan pilihan kok. Kalau kita menganggapnya "kebutuhan", maka push notification akan selalu dijaga tetap menyala. Kita tidak ingin mengabaikan informasi terbaru yang ada, karena diri kita membutuhkannya, terkait tuntutan pekerjaan atau alasan lain. Lain halnya jika kita menganggapnya sebagai "gangguan", smartphone kita telah menyediakan pengaturan untuk menonaktifkannya, atau bahkan menghapus aplikasinya langsung jika kita pikir sudah melampaui batas. As simple as that. Tentu saja semua ada resikonya, dan lagi-lagi kitalah yang berhak menentukan mana resiko yang ingin diambil.

Terkait dengan dua pilihan itu, jangan heran jika informasi yang kita sebarkan tidak segera dilihat oleh orang lain. Jika kita meng-upload sesuatu di media sosial dan berharap lebih pada orang lain agar segera me-"like/love" hal tersebut, berarti kita harus lebih bijak bersikap. Bisa saja orang lain sedang sibuk, sedang mematikan layanan internetnya, sedang kehabisan baterai, sedang berada di tengah jalan atau tengah keramaian, atau apalah. Atau jangan-jangan... bisa saja karena kebiasaan kita yang terlalu berlebihan dalam menyebar informasi di media sosial yang menyebabkan orang lain tidak lagi menaruh "hormat"?

Hm...

Push notification bisa membawa manfaat, bisa juga mengakibatkan masalah. Sadarilah, kita hidup dalam dunia yang serba banjir informasi saat ini, dan tidak semuanya dapat kita ikuti dengan cepat. Masalah lain terkait hal ini adalah fitur di instant messaging yang menyatakan bahwa penerima pesan telah menerima pesan kita, atau bahkan sudah membacanya atau belum. Jika tidak bisa menyikapi dengan bijak, maka emosi akan tersulut. 

Satu kasus yang membuat saya tergerak untuk menulis postingan ini adalah saat saya sedang berada di sebuah restoran fast food, dan mendapati dua cewek (sepertinya masih berstatus pelajar SMA) yang sedang mengobrol seru. Bukan bermaksud menguping, tapi kebetulan ada dialog yang tertangkap telinga, yaitu: "Ih, kenapa ya foto gua di Path ga banyak di-love? Perasaan gua udah nge-tag banyak orang deh. Kok tumben ya ga banyak diliat?" Temannya bukannya menenangkan malah ikut menggunjing tentang teman-teman mereka sendiri. Sampai disitu saya mengalihkan fokus dan memilih berbincang dengan teman sendiri, entah teman saya ikut mendengarnya juga atau tidak.

Ya Tuhan, apakah dunia serasa kiamat jika foto yang kita upload di media sosial tidak banyak direspon? Apakah simbol like, love atau apapun itu sedemikian berartinya sampai menjadi tolak ukur kebahagiaan? Apakah itu sesuatu yang wajar di era seperti ini, atau apakah saya yang tidak bisa mengikuti perilaku pengguna media sosial yang haus akan update, update dan update sampai semua update teman harus diikuti secara real time? Haha.

What we find changes who we become.” -- Peter Morville

What a culture we live in, we are swimming in an ocean of information, and drowning in ignorance.” 
-- Richard Paul Evans


Ah sudahlah. Intinya, setiap orang punya pilihan masing-masing dalam menyikapi sebuah push notification di smartphone-nya. Kita tidak bisa memaksa semua orang untuk mengaktifkan layanan internet setiap detik, dan memaksa mereka melihat update status kita detik itu juga, sekaligus memberi respon yang sesuai (love, like, atau apapun itu).

Iya kan?

-Bayu-




Note: Nuansa psychedelic rock disajikan The Black Keys lewat lagu "Fever". Lagu ini menjadi backsound saat menulis.


Image source: en.wikipedia.org

24 komentar

  1. kalo gue sih kebutuhan. Cumen kalo notifnya banyak jadi gangguan =_=

    BalasHapus
    Balasan
    1. Banyak aplikasi yang butuh push notification untuk nunjang aktivitas soalnya ya.
      Haha bener tuh, kalo notifnya banyak ampe berderet kadang ganggu, tapi itulah efek push notification.

      Hapus
  2. Kebutuhan sih ya disesuaikan. Kalo berlebihan ya keganggu dan ujung-ujungnya jadi boros konsumsi daya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sip, disesuaikan sama kebutuhan. Aplikasi berita, media sosial, dll... masing-masing punya manfaatnya tersendiri.

      Iya tuh hehe, ujung-ujungnya jadi boros baterai, soalnya kan HP kita dipaksa aktif ngupdate info dari server.

      Hapus
  3. Sy menilih minim app socmed n cenderung mmbukanya mllui chrome. Minim notif. Dbuka sperlunya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ngga langsung melalui aplikasinya ya, tapi lewat peramban web. Sama, kadang saya juga kalo buka twitter enakan lewat Chrome, daripada di hape langsung (lewat aplikasinya). Lebih nyaman aja untuk scrolling. Imbasnya jadi minim notif ya? Sip :-)

      Hapus
  4. Gue lebih milih buat nonaktifkan data kalo lagi nggak dipake. Sekalipun sedang beroperasi, gue cuma buka satu aplikasi, dan yang lain gue "force stop". Biar hemat baterai, juga kuota internet.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Cara termudah emang matiin data internet soalnya ya... hehe. Otomatis langsung mingkem semua notif.

      Oh, di force stop biar ga jalan di background. Pakai smartphone emang mesti pinter-pinter nyiasatin baterai & kuota internet :p

      Hapus
  5. Ya, asal di waktu yang tepat (jam santai) dan update-an atau informasinya menarik itu merupakan kebutuhan. Kalo nggak jelas dan "apa banget" itu pasti gangguan.

    Ckck. Kalo yang dialog anak SMA itu mah keterlaluan banget. Masa iya gak dapet love aja kesel? Terus kalo dia dikasih banyak love karena temennya merasa gak enakan juga buat apa? :))
    Gue udah jarang, sih, buka Path. Mungkin awal-awal punya Path juga pengin banget momennya di-love. Haha.
    Bagus sekarang udah enggak. :))

    Yang gue ambil kesimpulan dari anak SMA itu, mungkin aja temen-temennya malah males di-tag. Kadang, kan, ada orang yang nggak ikut, eh malahan tetep di-tag. Aneh. XD

    Kalo di IG, gue seneng-seneng aja dapet love berapa pun. Lagian, love bukan berarti sepenuhnya bentuk apresiasi. Bisa aja kepencet doang. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sip, "kebutuhan" untuk yang informasinya oke (karena mau ga mau kita pasti butuh informasi terbaru), dan "gangguan" untuk yang ngga banget hehe :p

      Iya Yog, bingung juga pas dengernya. Namanya manusia, pasti ada keinginan untuk "dilihat", itu wajar kok, tapi kalo sampe ngedumel dan sensi gara-gara perolehan love-nya ga sesuai ekspektasi... entahlah hehe. Ya, mungkin temen-temennya dia males di-tag (itu jadi misteri tersendiri, kenapa ngga ikut tapi malah tetep di-tag haha :D )

      Hehe bener, bisa aja kepencet doang si icon love itu :p

      Hapus
  6. kalo saya yang enting penting aja yang di aktifkan plus bunyi yang ga penting di biarkan tanpa bunyi mas.
    Fb mungkin salah satu yang saya cuekin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ngaktifin notifikasinya berarti sesuai kebutuhan ya, kalo penting diaktifin, kalo yang ngga, dibiarkan tanpa bunyi.

      Hapus
  7. Bayuuuuu, kamu tahu ga cara ilangin notif whatas grup di smartpon...hmmm kadang kejadian ni, blum ijin kita, e salah seorang kawan maen add kita di grup wa...dannnnn itu obrolan ga penting bunyii terus jadi bagiku kadang aga menggangu, klo mau leave, tar dikira gimana3...heheee nah aku blum tahu ni, cara setting biar ga munculin notif gmn...klo mute doang tetep aja notifnya ketampil gicuuuw

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masalah invite grup di WhatsApp kadang jadi permasalahan tersendiri ya, kalau menurut kita obrolannya ngeganggu, mau leave grup malah dikira macem-macem hehe.

      Bisa mba, kalo pake smartphone Android, pas kita milih opsi mute, hilangin tanda centang di box "show notifications". Mudah-mudahan berhasil ya... saya sendiri belom pernah coba hehe, semua grup masih saya terima notifikasinya.

      Hapus
  8. kebanyakan notifikasi jadi mengganggu, biasanya saya mute untuk notifikasi grup, bagusnya notifikasi di on kan untuk orang tertentu aja bagusnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Notifikasi grup terkadang mengganggu kalau banyak yang masuk, bertubi-tubi soalnya ya.

      Sip, tergantung pilihan tiap orang... mau di-mute atau tidak.

      Hapus
  9. Ya agak sulit sih ya, karena buat gue ini kebutuhan sekaligus gangguan. Contohnya aja email--kayak yang kamu contohin--di satu sisi aku butuh pemberitahuan secara cepat kalau-kalau itu email dari klien atau calon klien. Di sisi lain email yang masuk malah kadang bukan yang ditunggu, dan itu mengganggu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jadi seimbang ya, notifikasinya dibutuhkan, namun kalo over, jadinya mengganggu. Kalo email emang penting banget dalam dunia profesional. Kadang malah ada pihak yang lebih milih komunikasi lewat email daripada via telepon, karena email "tercatat", jadinya gampang jadi pembuktian.

      Email yang ditunggu ngga dateng, tapi yang dateng malah email lain? Well... cukup mengganggu juga sih hehe, apalagi kalo cuma email penawaraan produk/email dari penyedia layanan email.

      Hapus
  10. Kalau dikatain gangguan sih enggak tergantung dari konteksnya ajah, kalau memang keterusan ya nggak baik juga, bisa menggangu aktivitas sehari-hari. Tapi kalau orang pebisnis gitu notifikasi bisa menjadi kabar menggembirakan bagi mereka.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Untuk pebisnis yang butuh informasi update tentang hal-hal yang berhubungan dengan bisnis mereka pastinya sangat butuh notifikasi.

      Sip, tergantung konteksnya ya, notifikasi aplikasi itu bisa jadi positif bisa jadi negatif.

      Hapus
    2. Bicara mengenai konteks aku jadi inget topik pembahasan di Google I/O 2015 deh, pada saat pembukaannya ada beberapa pembicara yang membahas mengenai teknologi apa yang sedang dikembangkan Google saat ini. Salah satunya mengenai "konteks" tersebut, Google mulai menata algoritmanya agar bisa memberikan informasi sesuai konteks, jadi bener2 nyambung sama yang ditanyakan.

      Algoritma tersebut juga akan segera diterapkan di Android, kalau nggak salah Android M sudah ada fitur contextual tersebut. Mungkin dnegan adanya fitur tersebut, notifikasi yang ada bisa dipilah2 berdasarkan prioritas kepentingannya. :D

      Hapus
    3. Ya, Google udah berjuang sedemikian rupa untuk membuat mesin pencarinya lebih pintar dari masa ke masa, termasuk "memberikan informasi sesuai konteks", jadi seolah mesin pencari itu "berpikir" apa yang paling tepat untuk user.

      Sip, kalau fitur tersebut diterapkan, pemilahan notifikasinya bisa sesuai prioritas kepentingan :D

      Hapus
  11. Buahahaha anak2 muda jaman sekarang yah, poto gak di-love aja sampe bilang begitu. Haha saya ga habis pikir juga. :)))

    Kalo saya, notifikasi yang saya nyalakan cuma di Instagram. Saya nyalakan notif beberapa akun teman penjual diecast Hotwheels. Jadi kalau mereka mem-posting foto jualan baru, saya bisa segera tahu dan bisa dapat duluan barangnya. Hahahaha :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, seolah sebuah icon love sangat berarti untuk hidup, jadi kalo ga dapet love, mungkin mereka beranggapan ngga ada yang peduli sama mereka :p betapa sebuah icon bisa mengubah cara pandang masyarakat modern.

      Ya, setiap orang berbeda peruntukan notifikasinya, tergantung kebutuhan, karena notifikasi akan menunjang update suatu informasi yang kita anggap penting :-)

      Hapus

 

Pengikut

Diberdayakan oleh Blogger.