Keluar dari Belenggu Rutinitas

Image source: equator-indonesia.com


















Semua orang memiliki rutinitas.

Bangun pagi. Sarapan. Mempersiapkan perlengkapan untuk beraktivitas. Belajar di sekolah. Menuntut ilmu hingga kepala terasa mau pecah. Bekerja keras di kantor atau lapangan. Mengurus anak. Bertemu pelanggan. Bertemu klien. Mempersiapkan laporan. Mengatasi segudang masalah di tempat kerja. Terjebak di kemacetan jalan. Berhimpit-himpitan di angkutan umum.

Fiuh... jika mau dituliskan, bisa panjang sekali daftar rutinitas keseharian kita, terutama masyarakat urban yang sudah sedemikian kompleks aktivitasnya. Kita tidak akan pernah merasa jenuh jika kita menjalani semuanya dengan ikhlas, dengan senang, tanpa memiliki pikiran negatif. Tapi... apakah semua orang mampu melakukannya? Tidak. Masih kita temukan banyak orang yang mengeluh mengenai aktivitas kesehariannya. 

Mengeluh karena jenuh.

Tanpa disadari, kita semua memiliki comfort zone dalam aktivitas sehari-hari, entah dalam pekerjaan, rumah tangga, hubungan sosial, dan sebagainya. Hal itu muncul akibat efek yang dihasilkan dari zona tersebut: kenyamanan. Kita tidak akan menemui masalah berarti jika kita tetap berada dalam zona tersebut. Benar, kan?

Untuk apa kita harus keluar dari zona itu jika lingkungan di luar sana tidak bersahabat? Untuk apa kita harus mengalami perasaan tidak nyaman? 
Hidup ini sudah penuh masalah, kenapa kita harus mencari masalah dengan keluar dari zona nyaman?

Banyak sekali alasan yang akan kita dengar terkait keluar dari belenggu rutinitas tersebut. Saya adalah salah satu dari sekian banyak orang yang terjebak dalam zona nyaman aktivitas. Saya kerap khawatir jika melakukan aktivitas di luar zona nyaman. Saya selalu berpikir, "Terlalu banyak resiko jika kita bertindak di luar kenyamanan."

Salah besar

Terima kasih kepada pihak-pihak yang akhirnya sukses membuka pikiran saya bahwa terkadang comfort zone tidaklah selalu comfort. Dunia ini sungguh luas, kenapa kita harus terjebak dalam satu zona saja? Berhubungan dengan pihak itu-itu saja, mengerjakan hal itu-itu saja, tanpa pernah terpikir untuk mengecap indahnya dunia di luar comfort zone? Saya pun memutuskan untuk memanjakan diri dengan bepergian ke luar kota, menghirup udara kebebasan, menjalin komunikasi dengan rekan seperjalanan (baik yang telah dikenal maupun tidak), menginjak tempat lain, jauh dari belenggu rutinitas kantor. Keputusan untuk mengambil cuti dari kantor menurut saya adalah sebuah keputusan berani dan penuh resiko, namun saya memantapkan diri.

Hasilnya? Sungguh luar biasa. Tubuh dan pikiran ini terasa "bangun" kembali, seperti peralatan elektronik setelah baterainya terisi penuh. Tidak perlu saya sebutkan kemana saya pergi (maaf ya serba misterius hehe), intinya pengalaman tersebut membuat saya berpikir bahwa "menjalani hidup tidaklah sesempit yang saya pikirkan".

Jika kita tidak mampu untuk bepergian karena keterbatasan ini itu, yang perlu kita lakukan hanya "merubah mindset". Pikiran kita harus diisi dengan pikiran positif bahwa kebahagiaan menjalani hidup adalah sebuah pilihan. Kitalah yang memilih untuk bahagia, bahkan dalam segala keterbatasan yang kita miliki. Dalam sebuah rutinitas paling membosankan sekali pun, jika kita memilih untuk menjalaninya dengan pikiran positif, maka hasilnya akan terasa menyenangkan.

"Life always begins with one step outside of your comfort zone" -- Shannon L. Alder

"To succeed, you must take a risk and venture out of your comfort zone in order to fly" -- Debasish Mridha

Artikel ini ditulis saat semua pencari uang di kota-kota besar tengah berjuang pulang ke rumah masing-masing, dengan segudang kisah yang mereka bawa, entah itu senang, sedih, takut, dan lain sebagainya. Saya menulis diiringi hujan yang turun membasahi kota, sembari menikmati iringan lagu favorit dan juga menikmati sisa hari Senin.

Kita tidak akan pernah tahu apa yang akan kita alami jika kita tidak pernah berniat untuk mencobanya, bukan? Jika tidak sekarang, kapan lagi?

Nikmatilah hidup ini :-)

-Bayu-



Note: Lagu yang cocok untuk menggambarkan nuansa refreshing adalah "Songs of Seasons" milik Float. Lagu ini digunakan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI dalam kampanye pariwisata lewat iklan TV bertajuk "Wonderful Indonesia". Musisi lokal juga tidak kalah bagus dengan musisi internasional.

Timeless season calling
Rain of reasons falling

Image source: itunes.apple.com

14 komentar

  1. Iya, aku juga setuju. Hidup yang penuh tantangan itu menyenangkan. Setidaknya meskipun menemui beberapa kegagalan kita masih bisa belajar dan punya banyak pengalaman.. :-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yup, i agree with you, Arum... hehe. Pengalaman adalah guru yang paling berharga, dan kalimat itu emang bener banget. Kalo ngga ditantang, yang ada makin lengket sama comfort zone.

      Hapus
  2. Gue sendiri terlalu lama terjebak di zona nyaman. Faktor utamanya: rasa takut. Itu saja. Gue teramat takut dengan segala hal yang sebetulnya belum tentu memang betul-betul akan terjadi kalau gue mengambil keputusan buat keluar dari zona nyaman gue.

    Ah, hidup!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Musuh terbesar adalah diri sendiri. Diri sendiri melawan diri sendiri, dalam hal ini pikiran negatif yang terus menggerogoti kita *halah, bahasanya kok jadi begini hehe*

      Kebanyakan memang ketakutan yang kita pikirin itu ngga benar-benar terjadi lho, jadi semuanya cuma produk pikiran yang menghasilkan ketakutan. Yang paling sulit kan menaklukkan pikiran-pikiran ketakutan itu :p
      *sama bro, gua juga selalu terjebak di ketakutan kayak begitu*

      Hidup ini cuma sekali. Pilihannya ada di kita sendiri: mau menikmatinya atau tidak? Hehe.
      Ayo semangat... :-)

      Hapus
  3. setuju, rutinitas membuat otak mandeg. Manusia butuh piknik, rehat sejenak dari berbagai macam hal yang membelenggu jiwa. Manusia butuh waktu sejenak untuk mencharge energy dan pikirannya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Rutinitas dibutuhkan untuk sebuah keteraturan, tapi kalo dibiarin terus tanpa adanya sesuatu yang bikin "greget", yakin deh akan ngebuat otak mandeg kayak yang Mas bilang hehe.

      Yes, we need vacation, rehat sejenak dari hal-hal yang membelenggu jiwa *keren juga bahasanya hehe*
      Me-recharge diri sendiri itu penting, kalo ngga kita paksa untuk recharge, yang ada "baterai" diri kita akan melemah :p

      Enjoy your life

      Hapus
  4. Manusiawi ya bay, klo mengeluh bentar hanya buat ngeluarin uneg uneg yang ada di pikiran...ya tapi memang ga biperbol juga hihiii...yang penting ati plong trus lanjut aktivitas kek biasanya

    Klo keluar dari comfort zone yang aku alami adalah masa masa sekarang hihiii
    Terbiasa menerima gaji memang nyaman...tapi aku ngerasa dengan kerja jauh dari ruumah akhirnya banyak yang terbengkelai dan membuatku merasa bersalah tiap hari...apa yang kukejar tiep pulang malem desek desekan di kereta, sementara nyampe rumah...ga ada yang trurus..akhirnya kuputuskan resign,..dan memang terasa lebih bahagia..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Manusiawi kok Mba, manusia kan ga jauh-jauh dari yang namanya mengeluh hehe. Kalau ngga mengeluh kita berarti sudah diperbudak oleh keteraturan dan sudah menjadi "mesin". Cuma kadar mengeluhnya yang mesti diperhatiin. Sepanjang bisa bikin hati plong, silahkan dikeluarkan unek-uneknya.

      Wah luar biasa, salut sama Mba Nita, memutuskan untuk keluar dari comfort zone dengan penuh pertimbangan masak *big applause for you*
      Senangnya ya Mba kalo pilihan yang kita ambil akhirnya malah bikin bahagia :D
      Hidup ini penuh resiko, tapi kalo pilihan berisiko itu ga dicoba, kita ngga akan tahu apa yang akan menanti kita. Bisa saja malah kebahagiaan yang akan kita petik.

      Hapus
  5. Yang kerja aja ngeluh aktivitasnya gitu-gitu aja, ya. Apalagi pengangguran kayak gue. Hahaha.

    Nggak ada kerjaan, selalu cari-cari kegiatan. Entah itu baca buku, nulis, blogwalking, belajar desain, sampe buka socmed doang. Ah, biarpun begitu, gue menikmatinya. Setidaknya gue udah bahagia dan merasa bersyukur. Kalo nanti udah kerja lagi, gue jadi nggak ngeluh soal capeknya kerja. Karena nganggur jauh lebih capek. :D

    Asyek, lagu Float. Gue taunya yang Sementara doang. Hahaha. XD

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha... beginilah Yog kenyataannya :p
      Para pekerja, khususnya pekerja kantoran, biasanya akan punya comfort zone masing-masing.

      Tunggu dulu, tunggu dulu, gua urutin aktivitas lo:
      -Baca buku
      -Nulis
      -Blogwalking
      -Belajar design

      Yoga... itu semua aktivitas keren bro, bisa nambah ilmu dan bermanfaat pula (oke sip, gua no comment untuk aktivitas "buka socmed doang" :p eh tapi kalo buka socmednya untuk cari info bermanfaat juga kegiatan positif kok haha)
      Nah keren tuh, yang penting menikmatinya. Terus mengasah skill. Bahagia dan bersyukur.

      Lagu "Sementara" juga oke tuh. Musik Float itu luar biasa :D

      Hapus
  6. memang selalu ada comfort zone di rutinitas kita. nah... memutuskan untuk keluar itu adalah pilihan yang sulit. ya, seperti melawan arus lah bisa dibilang... tapi kalau mau maju, ya memang haru skeluar dari comfort zone. karena comfort zone, nggak selalu comfort..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya, menjejak keluar dari comfort zone adalah pilihan yang sulit tapi kalo bisa ngejalaninnya dan akhirnya berhasil... sungguh luar biasa :D

      Setuju bro, comfort zone tidak selalu comfort hehe.

      Hapus
  7. Balasan
    1. Absolutely right :D
      Ya, nikmatilah hidup ini, karena hidup yang kita jalanin di dunia saat ini cuma berlangsung sekali.

      Hapus

 

Pengikut

Diberdayakan oleh Blogger.