Ketakutan dalam Hidup

Image source: stacysrandomthoughts.com

Semua orang memiliki ketakutannya sendiri akan suatu hal, tanpa terkecuali.

Saya tahu bahwa setiap kolaborasi Disney dan Pixar selalu memberikan sebuah sajian film animasi yang sangat bagus, sangat menyentuh dan sangat indah. The Good Dinosaur tetap memberikan efek yang sama. Dibuka dengan kisah mengenai Arlo, dinosaurus kecil yang hidup tenang di sebuah ladang pertanian (ya, bahkan dalam versi Pixar, dinosaurus disulap memiliki kecerdasan layaknya manusia hehe) bersama keluarganya: ayah, ibu dan kedua saudara kandungnya.

Arlo ini bertubuh mungil, dan kerap menemukan masalah dalam tugas kesehariannya, yakni memberi makan hewan ternak. Sang ayah selalu memberi dorongan padanya untuk melawan ketakutan dan melangkah menuju "dunia indah" jika bisa melewati ketakutan tersebut. Sebuah insiden memilukan membuat pemikiran Arlo berubah, dan takdir mempertemukannya dengan seorang anak manusia yang tidak dapat berbicara, namun sangat peduli padanya. Bukan Disney-Pixar jika tidak menyajikan petualangan penuh sensasi, tidak terkecuali film ini. Kisah selanjutnya diisi dengan petualangan Arlo dan si anak manusia demi mencari bentuk "kehangatan" bernama keluarga.

Saya bukanlah kritikus film, dan saya tidak menempatkan blog ini sebagai review film. Jika menemui film bagus, yang akan saya ketengahkan bukanlah sisi teknis film (naskah, musik, akting, dll), melainkan pesan di baliknya. Film ini memiliki pesan tersirat dan tidak tersirat mengenai pelajaran kehidupan.

Ketakutan itu penting dalam hidup.

Jika kita tidak memiliki ketakutan, maka kita akan berjalan dengan santai di tengah jalan raya berisi kendaraan yang melintas dengan kecepatan tinggi. Apa yang terjadi? Kita akan mati. Tanpa ketakutan, kita tidak akan bisa menyelamatkan nyawa sendiri. Hewan yang ditakdirkan menjadi mangsa bagi predator diberikan suntikan ketakutan luar biasa agar mereka dapat menjaga diri dari kejaran predator. Jika tidak demikian, dalam hitungan detik mereka akan mati.

Ketakutan menjadikan kita waspada. Ketakutan menjadikan kita hidup. Yang terpenting adalah kita memiliki amunisi untuk melawan ketakutan tersebut.

Kita harus melewati/mengatasi ketakutan kita sendiri untuk melihat keindahan di sisi lain.

Menurut saya, tema "melewati ketakutan" adalah yang ingin diusung film ini. Semua orang memiliki ketakutannya sendiri, entah takut melewati rintangan, takut dicemooh, takut mengemban tanggung jawab, takut berkomitmen, takut akan masa depan dan sebagainya. Film ini mengajarkan kita bahwa dengan keberanian melewati/mengatasi ketakutan tersebut, kita akan menemui sebuah keindahan di baliknya. 

Jika selama ini kita takut, cobalah lewati, cobalah lawan. Sulit? Tentu saja, itulah sebabnya tidak semua orang berhasil. Apakah kita bisa? Jika kita menanamkan pikiran bisa ke diri sendiri, insya allah kita akan mampu melewatinya. Akankah berjalan mulus? Tidak, karena hidup tidak menempa kita untuk menjadi manusia lemah. Hidup meminta kita untuk bangkit berjuang, bangkit melawan ketakutan. Yakinlah, semua sudah ada jalurnya. Hanya kita yang mampu melaluinya. Tanpa perjuangan, kita tidak akan mampu mengecap manisnya kesuksesan.

Mari bangkit untuk melawan semua ketakutan yang kita rasakan dalam hidup.

"You have to get through your fear to see the beauty on the other side" -- diambil dari dialog dalam film The Good Dinosaur.

Ah, memang menulis lebih mudah daripada melaksanakannya ya haha. Tulisan ini saya tujukan juga untuk diri pribadi, yang masih memiliki ketakutan yang belum berhasil ditaklukkan. Saya yakin kita semua memilikinya. Saya yakin kita sadar konsekuensinya, namun diri kita masih nyaman memendamnya.

Untuk yang telah berhasil mengatasi ketakutan pribadi akan suatu hal, selamat! Untuk yang belum... mari renungkan, coba tanyakan kepada diri sendiri, apakah kita masih tetap mau terjebak dalam ketakutan... atau tidak?

Semua pilihan ada di tangan kita.

-Bayu-



Note: Indie folk memberikan warna indah dalam dunia musik. Lagu "Crystals" yang dibawakan oleh band asal Islandia, yakni Of Monsters And Men, mengiringi penulisan artikel ini. Lagu ini juga dijadikan materi promosi film The Good Dinosaur dalam trailer perdananya. Such a beautiful song, so pure and elegant.

Image source: en.wikipedia.org




READ MORE - Ketakutan dalam Hidup

Sebuah Tulisan Memiliki Pengaruh

Image source: sometalkofyouandme.com


















Sebuah tulisan bisa mempengaruhi benak pembacanya.

Apapun yang ditulis, nyatanya setiap alfabet yang digunakan oleh seseorang untuk mengekspresikan sesuatu melalui tulisan bisa sangat berpengaruh pada pembaca lho. Koran, novel, puisi, teks pidato, teks iklan, pesan singkat dan semacamnya adalah bukti tak terbantahkan bahwa apapun yang tertulis bisa memiliki pengaruh.

Kuat atau tidaknya pengaruh sebuah tulisan selain tergantung dari isi (mencakup gaya bahasa, panjang tulisan, jenis huruf dan lain hal), juga tergantung dari daya tangkap si pembaca. Puisi yang dibaca oleh seseorang yang memang mengerti keindahan puisi akan mampu diapresiasi dengan baik (dan merasa terpengaruhi oleh hal itu), sedangkan puisi yang dibaca oleh orang yang tidak mengerti akan puisi... well, mereka tidak akan mendapatkan pengaruh signifikan dari apa yang mereka baca tersebut.

Sebuah tulisan memiliki daya pikat. Itu benar. Kepiawaian si penulis dalam mengolah kata adalah kunci utamanya. Bisa saja sebuah tema yang diangkat oleh dua orang penulis menjadi sangat bagus di tangan penulis A, sedangkan penulis B tidak mampu memaparkannya dengan baik. Permainan kata. Permainan pikiran. Efek yang ditimbulkan bisa sangat luar biasa. 

Lihat bagaimana seorang J.K. Rowling mampu menyihir seluruh dunia dengan ramuan kisah Harry Potter. Jika J.K. Rowling tidak menuliskan itu, dan kita diminta untuk menuliskan ide mengenai sosok penyihir seperti Harry Potter, bisakah kita menyamai kesuksesan kisah J.K. Rowling? Belum tentu. Seperti yang tadi saya bilang, kepiawaian penulislah kuncinya. Saya selalu terpikat saat membaca sebuah novel dimana penulisnya menyisipkan twist yang tak terduga seperti karya Sidney Sheldon. Bisakah orang lain menyamai cara membangun twist seperti yang Mr. Sheldon lakukan? Belum tentu.

Lalu, bisakah kita membuat sebuah tulisan yang berpengaruh? Tentu saja. Tidak usah muluk-muluk seperti kisah Harry Pottter. Kita dapat memilih jenis tulisan apapun yang kita inginkan. Banyak novel dengan ide penulisan unik yang belum dieksplor. Tidak sanggup menulis novel? Tidak masalah. Masih banyak jenis tulisan lain yang bisa kita pilih. Jika tidak memiliki ide, tuliskan saja apa yang ada di pikiran. Tuangkan di media yang tepat.

Kalian yang menggeluti dunia blog pasti sudah paham akan hal ini. Apapun jenis blog kalian, pasti memiliki tulisan yang berdampak kepada pembaca (kecuali blognya kosong melompong, itu lain cerita hehe). Sadar atau tidak, kita para blogger, telah menanamkan pengaruh tersendiri kepada pembaca. Saya kerap kali terpengaruh oleh tulisan beberapa blogger yang mampu mengolah kata dengan baik, biasanya pengaruh positif. Pengaruh tersebut ada yang masih saya rasakan sampai sekarang. 

Luar biasa. 


"If you want to change the world, pick up your pen and write" -- Martin Luther

Coba saja ingat sudah berapa banyak tulisan yang kita baca. Lalu, dari ragam bacaam tersebut, sudah berapa banyak jenis tulisan yang mempengaruhi pola pandang kita, mempengaruhi kehidupan kita. Contoh, mungkin saja dulu kita pernah merasa minder alias tidak percaya diri, namun setelah membaca buku self help mengenai kepercayaan diri, maka kita pun akan terpengaruh. Masih banyak contoh lainnya. Kalian pasti pernah merasakannya, kan?

So, tetaplah menulis, khususnya kalian, para blogger. Kita tidak akan pernah tahu sejauh mana hasil tulisan kita akan berpengaruh kepada pembaca di luar sana.

-Bayu-



Note: Lagu keren milik The SIGIT yang berjudul "Live In New York" mengiringi penulisan kali ini. Lagi-lagi sebuah band lokal yang mampu unjuk gigi dengan kreativitas supernya.

"Get my cash get my career"
"This is my sweet revenge"
Image source: flickr.com
READ MORE - Sebuah Tulisan Memiliki Pengaruh

Keluar dari Belenggu Rutinitas

Image source: equator-indonesia.com


















Semua orang memiliki rutinitas.

Bangun pagi. Sarapan. Mempersiapkan perlengkapan untuk beraktivitas. Belajar di sekolah. Menuntut ilmu hingga kepala terasa mau pecah. Bekerja keras di kantor atau lapangan. Mengurus anak. Bertemu pelanggan. Bertemu klien. Mempersiapkan laporan. Mengatasi segudang masalah di tempat kerja. Terjebak di kemacetan jalan. Berhimpit-himpitan di angkutan umum.

Fiuh... jika mau dituliskan, bisa panjang sekali daftar rutinitas keseharian kita, terutama masyarakat urban yang sudah sedemikian kompleks aktivitasnya. Kita tidak akan pernah merasa jenuh jika kita menjalani semuanya dengan ikhlas, dengan senang, tanpa memiliki pikiran negatif. Tapi... apakah semua orang mampu melakukannya? Tidak. Masih kita temukan banyak orang yang mengeluh mengenai aktivitas kesehariannya. 

Mengeluh karena jenuh.

Tanpa disadari, kita semua memiliki comfort zone dalam aktivitas sehari-hari, entah dalam pekerjaan, rumah tangga, hubungan sosial, dan sebagainya. Hal itu muncul akibat efek yang dihasilkan dari zona tersebut: kenyamanan. Kita tidak akan menemui masalah berarti jika kita tetap berada dalam zona tersebut. Benar, kan?

Untuk apa kita harus keluar dari zona itu jika lingkungan di luar sana tidak bersahabat? Untuk apa kita harus mengalami perasaan tidak nyaman? 
Hidup ini sudah penuh masalah, kenapa kita harus mencari masalah dengan keluar dari zona nyaman?

Banyak sekali alasan yang akan kita dengar terkait keluar dari belenggu rutinitas tersebut. Saya adalah salah satu dari sekian banyak orang yang terjebak dalam zona nyaman aktivitas. Saya kerap khawatir jika melakukan aktivitas di luar zona nyaman. Saya selalu berpikir, "Terlalu banyak resiko jika kita bertindak di luar kenyamanan."

Salah besar

Terima kasih kepada pihak-pihak yang akhirnya sukses membuka pikiran saya bahwa terkadang comfort zone tidaklah selalu comfort. Dunia ini sungguh luas, kenapa kita harus terjebak dalam satu zona saja? Berhubungan dengan pihak itu-itu saja, mengerjakan hal itu-itu saja, tanpa pernah terpikir untuk mengecap indahnya dunia di luar comfort zone? Saya pun memutuskan untuk memanjakan diri dengan bepergian ke luar kota, menghirup udara kebebasan, menjalin komunikasi dengan rekan seperjalanan (baik yang telah dikenal maupun tidak), menginjak tempat lain, jauh dari belenggu rutinitas kantor. Keputusan untuk mengambil cuti dari kantor menurut saya adalah sebuah keputusan berani dan penuh resiko, namun saya memantapkan diri.

Hasilnya? Sungguh luar biasa. Tubuh dan pikiran ini terasa "bangun" kembali, seperti peralatan elektronik setelah baterainya terisi penuh. Tidak perlu saya sebutkan kemana saya pergi (maaf ya serba misterius hehe), intinya pengalaman tersebut membuat saya berpikir bahwa "menjalani hidup tidaklah sesempit yang saya pikirkan".

Jika kita tidak mampu untuk bepergian karena keterbatasan ini itu, yang perlu kita lakukan hanya "merubah mindset". Pikiran kita harus diisi dengan pikiran positif bahwa kebahagiaan menjalani hidup adalah sebuah pilihan. Kitalah yang memilih untuk bahagia, bahkan dalam segala keterbatasan yang kita miliki. Dalam sebuah rutinitas paling membosankan sekali pun, jika kita memilih untuk menjalaninya dengan pikiran positif, maka hasilnya akan terasa menyenangkan.

"Life always begins with one step outside of your comfort zone" -- Shannon L. Alder

"To succeed, you must take a risk and venture out of your comfort zone in order to fly" -- Debasish Mridha

Artikel ini ditulis saat semua pencari uang di kota-kota besar tengah berjuang pulang ke rumah masing-masing, dengan segudang kisah yang mereka bawa, entah itu senang, sedih, takut, dan lain sebagainya. Saya menulis diiringi hujan yang turun membasahi kota, sembari menikmati iringan lagu favorit dan juga menikmati sisa hari Senin.

Kita tidak akan pernah tahu apa yang akan kita alami jika kita tidak pernah berniat untuk mencobanya, bukan? Jika tidak sekarang, kapan lagi?

Nikmatilah hidup ini :-)

-Bayu-



Note: Lagu yang cocok untuk menggambarkan nuansa refreshing adalah "Songs of Seasons" milik Float. Lagu ini digunakan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI dalam kampanye pariwisata lewat iklan TV bertajuk "Wonderful Indonesia". Musisi lokal juga tidak kalah bagus dengan musisi internasional.

Timeless season calling
Rain of reasons falling

Image source: itunes.apple.com
READ MORE - Keluar dari Belenggu Rutinitas

Notifikasi Aplikasi Terus-Menerus: Kebutuhan atau Gangguan?

Image source: en.wikipedia.org














Ada yang tahu istilah push notification? Rata-rata pengguna smartphone saat ini pasti punya beberapa aplikasi di ponselnya yang selalu mengirimkan pemberitahuan dari server langsung ke smartphone saat ada sesuatu yang baru (update informasi). Akan ada icon aplikasi yang muncul di bagian layar atas, berbaris berderet kalau banyak, mulai dari Facebook, Path, WhatsApp, Line, BBM, dll. Itulah hasil dari push notification. Detailnya pun bisa dilihat kalau di-scroll ke bawah. Atau untuk smartphone tertentu, notification-nya muncul di samping icon si aplikasi.

Banyaknya push notification yang muncul tergantung dari jumlah aplikasi yang tersimpan di smartphone, semakin banyak ya semakin "ramai" mereka bergentayangan di layar, semakin "bising" juga bunyinya, dan baterainya pun semakin boros karena dipaksa terus-terusan mengambil update informasi terbaru dari server.

The question is: apakah kemunculan push notification itu sebagai sebuah kebutuhan atau justru sebuah gangguan?

1. Sebagai sebuah kebutuhan.
Oke, tidak dapat dipungkiri bahwa setiap detik akan selalu ada berita terbaru, dari manapun sumbernya. Untuk pengguna informasi tersebut, pastinya membutuhkan hal ini, tingkat urgensinya disesuaikan kebutuhan. Contoh lainnya adalah email. Dalam dunia kerja, email sangat penting untuk berkomunikasi secara profesional, sehingga kita membutuhkan push notification secara real time. Contoh lainnya adalah instant messaging, yang tentu sangat berguna untuk berkomunikasi secara real time. Untuk itu dibutuhkan info pesan masuk dan keluar secara cepat dan tepat.

2. Sebagai sebuah gangguan.
Media sosial menjadi bahasan utama untuk poin ini. Update status di media sosial yang semakin menjamur bisa menjadi bencana tersendiri saat kita memiliki banyak aplikasi terkait itu. Semakin banyak teman "dunia maya" kita, semakin banyak pula informasi update kegiatan mereka membanjiri smartphone kita. Contoh lainnya adalah instant messaging. Apabila kita tergabung dalam satu grup yang memiliki banyak anggota dan banyak perbincangan terjadi, maka smartphone kita akan menarik informasi tersebut terus-menerus. Bisa dibayangkan bagaimana jika kita banyak tergabung dalam grup diskusi. 


Tenang saja, itu semua merupakan pilihan kok. Kalau kita menganggapnya "kebutuhan", maka push notification akan selalu dijaga tetap menyala. Kita tidak ingin mengabaikan informasi terbaru yang ada, karena diri kita membutuhkannya, terkait tuntutan pekerjaan atau alasan lain. Lain halnya jika kita menganggapnya sebagai "gangguan", smartphone kita telah menyediakan pengaturan untuk menonaktifkannya, atau bahkan menghapus aplikasinya langsung jika kita pikir sudah melampaui batas. As simple as that. Tentu saja semua ada resikonya, dan lagi-lagi kitalah yang berhak menentukan mana resiko yang ingin diambil.

Terkait dengan dua pilihan itu, jangan heran jika informasi yang kita sebarkan tidak segera dilihat oleh orang lain. Jika kita meng-upload sesuatu di media sosial dan berharap lebih pada orang lain agar segera me-"like/love" hal tersebut, berarti kita harus lebih bijak bersikap. Bisa saja orang lain sedang sibuk, sedang mematikan layanan internetnya, sedang kehabisan baterai, sedang berada di tengah jalan atau tengah keramaian, atau apalah. Atau jangan-jangan... bisa saja karena kebiasaan kita yang terlalu berlebihan dalam menyebar informasi di media sosial yang menyebabkan orang lain tidak lagi menaruh "hormat"?

Hm...

Push notification bisa membawa manfaat, bisa juga mengakibatkan masalah. Sadarilah, kita hidup dalam dunia yang serba banjir informasi saat ini, dan tidak semuanya dapat kita ikuti dengan cepat. Masalah lain terkait hal ini adalah fitur di instant messaging yang menyatakan bahwa penerima pesan telah menerima pesan kita, atau bahkan sudah membacanya atau belum. Jika tidak bisa menyikapi dengan bijak, maka emosi akan tersulut. 

Satu kasus yang membuat saya tergerak untuk menulis postingan ini adalah saat saya sedang berada di sebuah restoran fast food, dan mendapati dua cewek (sepertinya masih berstatus pelajar SMA) yang sedang mengobrol seru. Bukan bermaksud menguping, tapi kebetulan ada dialog yang tertangkap telinga, yaitu: "Ih, kenapa ya foto gua di Path ga banyak di-love? Perasaan gua udah nge-tag banyak orang deh. Kok tumben ya ga banyak diliat?" Temannya bukannya menenangkan malah ikut menggunjing tentang teman-teman mereka sendiri. Sampai disitu saya mengalihkan fokus dan memilih berbincang dengan teman sendiri, entah teman saya ikut mendengarnya juga atau tidak.

Ya Tuhan, apakah dunia serasa kiamat jika foto yang kita upload di media sosial tidak banyak direspon? Apakah simbol like, love atau apapun itu sedemikian berartinya sampai menjadi tolak ukur kebahagiaan? Apakah itu sesuatu yang wajar di era seperti ini, atau apakah saya yang tidak bisa mengikuti perilaku pengguna media sosial yang haus akan update, update dan update sampai semua update teman harus diikuti secara real time? Haha.

What we find changes who we become.” -- Peter Morville

What a culture we live in, we are swimming in an ocean of information, and drowning in ignorance.” 
-- Richard Paul Evans


Ah sudahlah. Intinya, setiap orang punya pilihan masing-masing dalam menyikapi sebuah push notification di smartphone-nya. Kita tidak bisa memaksa semua orang untuk mengaktifkan layanan internet setiap detik, dan memaksa mereka melihat update status kita detik itu juga, sekaligus memberi respon yang sesuai (love, like, atau apapun itu).

Iya kan?

-Bayu-




Note: Nuansa psychedelic rock disajikan The Black Keys lewat lagu "Fever". Lagu ini menjadi backsound saat menulis.


Image source: en.wikipedia.org
READ MORE - Notifikasi Aplikasi Terus-Menerus: Kebutuhan atau Gangguan?

Senyum Tulus Mengubah Segalanya


Image source: gambarzoom.com


Senyum bisa mengubah segalanya.

Berdirilah di depan cermin dan tatap wajah kalian sendiri. Berikan senyum tulus dari dalam hati, dan rasakan dampaknya untuk tubuh. Senyum itu akan menstimulasi pikiran untuk berpikir positif dan tetap bersemangat. Motivasilah diri sendiri dengan tersenyum. Kalau kita sendiri tidak bisa tersenyum tulus kepada diri sendiri, bagaimana senyum yang kita berikan pada orang lain?

Coba lihat pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan senyum. Teller, pramugari, penjaga kasir supermarket/minimarket, sales marketing, dan masih banyak lagi. Semua pekerjaan yang berhubungan dengan pelayanan publik membutuhkan senyum. Bukan berarti yang tidak melayani publik tidak membutuhkan senyum. Bedanya, yang melayani publik WAJIB senyum. Mereka dituntut untuk memberi pelayanan terbaik kepada pelanggan. Senyum tulus mereka termasuk bagian dari pekerjaan.

Benarkah mereka semua seperti itu?

Saya pernah menemukan seorang petugas kasir (wanita) salah satu minimarket (tidak usah disebutkan) yang melayani pelanggan dengan raut kesal. Saat mengantre, saya melihat sumber kekesalan dia adalah banyaknya pelanggan yang membayar dengan uang bernominal besar (Rp 50.000 atau Rp 100.000) hanya untuk membeli barang yang nilainya kecil. Hanya ada dua kemungkinan: pelanggan tersebut tidak memiliki uang pecahan lebih kecil atau memang mereka sengaja ingin memecahnya menjadi nominal kecil. Saat si petugas kasir menanyakan apakah si pelanggan memiliki uang yang lebih kecil saja dan dijawab dengan gelengan kepala, lantas raut wajah si petugas kasir kembali merengut. Saya mencatat setidaknya ada tiga orang di depan saya yang membuat dia kesal. Petugas itu pun memberi kembalian dengan kesal, diselingi senyum terpaksa.

Saya yang dilayani setelah itu menjadi tidak bersemangat lagi saat melihat raut wajahnya sudah "ogah-ogahan" melayani. Untunglah uang saya cukup pas untuk membayar, hanya butuh kembalian sedikit saja. Lucunya lagi, saat memberi kembalian pada saya, dia tersenyum seadanya. Entah apa salah saya sehingga tidak diperlakukan seperti layaknya pelanggan.

Ah sudahlah.

Kejadian lain membuka mata saya bahwa senyum tetap menjadi primadona dalam melayani pelanggan. Di minimarket satunya lagi (masih satu franchise dengan sebelumnya), saya mendapati seorang petugas kasir (wanita lagi) dengan ramahnya melayani setiap pelanggan yang datang. Suaranya yang riang dan senyumnya yang ceria sangat kontras dengan pengalaman saya sebelumnya. Hebatnya, dia tidak pernah menanyakan kepada pelanggan apakah memiliki pecahan uang yang lebih kecil. Semua uang yang diulurkan pelanggan diterimanya dengan senang hati, dan dengan cekatan mencarikan kembaliannya, sebanyak apapun itu. Entah sudah berapa lama dia mempelajari teknik mencari uang kembalian, yang pasti gerakannya gesit sekali. Saat uang di brankasnya kurang, dengan cekatan dia meminta petugas lain untuk mengambil stok dan meminta maaf kepada pelanggan atas ketidaknyamanan tersebut.

Wow. Dia memperlakukan pelanggan layaknya raja, dan senyum tulus selalu terkembang di wajahnya. Setiap pelanggan yang dilayaninya rata-rata memberikan senyum balik pada si petugas. 

Itulah sekelumit contoh kasus tersenyum tulus dan tidak tulus. Sesulit itukah kita memberikan senyum tulus pada orang lain? Senyum itu ibadah lho. Dengan tersenyum tulus, orang lain akan lebih bersimpati kepada kita. Kalimat ini juga saya tujukan kepada diri pribadi, yang kerap lupa tersenyum untuk menyemangati diri sendiri saat tertimpa masalah hehe :p.

You'll find that life is still worthwhile, if you just smile.” - Charlie Chaplin

Sometimes your joy is the source of your smile, but sometimes your smile can be the source of your joy.” - Thich Nhat Hanh

Mari mencoba tersenyum dengan tulus kepada diri sendiri, kepada orang lain, dan rasakan manfaatnya.  :-)

-Bayu-




Note: Single indah milik Zedd feat. Jon Bellion yang berjudul "Beautiful Now" menemani penulisan postingan ini.


Image source: 9xtunes.com
READ MORE - Senyum Tulus Mengubah Segalanya
 

Pengikut

Diberdayakan oleh Blogger.