Dua Telinga Untuk Mendengar




Image source: wallconvert.com


Dua telinga. Satu mulut.
Dua alat pendengaran. Satu alat untuk berbicara.
Dua sisi pendengaran. Satu sisi saja untuk mengeluarkan kata.

"Tuhan menganugerahkan dua telinga dan satu mulut kepada kita karena Tuhan menginginkan kita untuk lebih banyak mendengar ketimbang berbicara." Bisa jadi kalimat penuh makna itu sering kita dengar, atau kita baca. Jikalau demikian, apakah maknanya telah diresapi dengan mendalam? 

Dunia ini dipenuhi dengan bermacam suara, beragam jenisnya, dan tidak semuanya mampu ditangkap oleh pendengaran manusia. Beberapa kategori suara hanya mampu ditangkap oleh beberapa hewan. Lagi-lagi itulah keajaiban Tuhan menciptakan makhkuk-Nya. Dalam kondisi normal, banyaknya jenis suara tersebut tidak lantas membuat kita kacau, karena otak kita mampu mengolah kesemuanya dengan baik. 

Sadarilah, mulai dari bangun tidur hingga akan tidur kembali, banyak sekali sumber suara yang bertebaran. Bagi telinga kita, suara-suara tersebut terdengar memiliki arti masing-masing saat diolah di otak. Suara air mengalir, burung berkicau, mesin kendaraan, musik, berita di televisi, dan sebagainya.

Kegiatan mendengarkan juga memiliki etika tersendiri. Pendengar yang baik adalah pendengar yang konsisten menyimak sebuah suara, meresapi maknanya, dan menggunakan apa yang didengar tersebut dengan bijaksana. Dalam konteks percakapan, pendengar yang baik adalah mereka yang menyimak dengan antusias lawan bicara dan tidak menyela pembicaraan secara berlebihan. Mereka juga menanggapi di saat yang tepat, juga dengan kata-kata yang tepat.

Apakah hal tersebut mudah dilakukan? Tidak juga. Kalau mudah dilakukan, berarti semua orang bisa mempraktekkannya langsung. Tidak begitu. Banyak kasus yang terjadi dalam sebuah hubungan (entah itu pertemanan, asmara, kekeluargaan, pekerjaan dan sebagainya) justru diakibatkan oleh kurangnya satu pihak "mendengarkan dengan seksama" apa yang disampaikan pihak lain, atau apa yang diinginkan pihak lain.

Kurangnya aktivitas mendengarkan dengan baik juga berakibat pada minimnya informasi yang didapat, sehingga kita cenderung mempercayai apa yang pertama kali kita dengar, meskipun sebenarnya tidaklah demikian. Selalu ada sisi lain dalam sebuah hal. Itulah gunanya kita mencari second opinion dalam menyaring suatu informasi. Belum tentu yang kita dengar sesuai dengan kenyataan. Mendengar adalah aktivitas sehari-hari yang terlihat biasa-biasa saja, padahal membutuhkan penanganan khusus agar tidak salah langkah dalam bertindak. 

Apakah kita lebih tertarik mendengarkan sesuatu yang tidak pantas untuk didengarkan?
Apakah lisan kita justru superior, banyak mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas dan menyakitkan orang lain?
Apakah kita lebih bangga menjadi orang yang lebih banyak mengumbar kata ketimbang cermat mendengarkan?
Apakah kita mau mendengarkan apa yang orang lain katakan?

Ah, kok jadi terlalu banyak pertanyaan. Maaf, tidak bermaksud menghakimi kalian, toh diri pribadi juga masih banyak kekurangan. Tulisan ini semata dibuat untuk bahan perenungan saja (alhamdulillah kalau ada yang menjadikannya seperti itu). Terkadang kita tidak sadar bahwa lisan ini bisa sangat tajam dan menyakitkan. Terkadang kita tidak sadar pula bahwa telinga ini sangat berguna untuk banyak mendengarkan hal-hal yang sudah sepantasnya didengarkan.

"The best way to understand people is to listen to them." -- Ralph G. Nichols

"When people talk, listen completely. Most people never listen." -- Ernest Hemingway

Jadi, apakah selama ini kita telah memanfaatkan alat pendengaran sebagaimana mestinya?

-Bayu-




Note: Beat hip hop yang simple namun catchy milik rapper Drake yang berjudul "0 to 100/The Catch Up" mengiringi penulisan ini. Konsep dua lagu dalam satu record. Keren.


Image source: genius.com

11 komentar

  1. Mendengarkan, mengamati, kemungkinan berbicara semuanya harus seimbang karena berlebihan itu tidak baik..

    Seperti terlalu banyak mendengar dan melihat dan tanpa berbicara pun tak akan baik jadi benar juga kalo harus menyaring informasi. Lah, ngomong apa siiih.. ini sebenarnya intinya cuma semua harus digunakan secara seimbang untuk menyaring informasi. Udah gitu aja.. hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Eeh maksudnya "Seperti terlalu banyak mendengar dan melihat tetapi tanpa berbicara pun tak akan baik hasilnya untuk menyaring sebuah informasi." Maaf tadi bahasanya belibet hehehe

      Hapus
    2. Hehe, ga apa apa belibet, intinya tersampaikan kok.

      Yang berlebihan emang ngga baik. Setuju, semua mesti dipake dengan seimbang untuk menyaring informasi, karena Allah udah membuat bagian tubuh kita secara seimbang juga. Dua mata, dua telinga, satu mulut.

      Thanks Arum :-)

      Hapus
  2. Warbiyasa bay, bentar lg km naek podium dan menjadi motivator eciyeeehh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe :p

      Makasih Nita. Ah, ini sekedar sharing yang ada di pikiran kok, syukur-syukur bisa dijadiin bahan perenungan.

      Hapus
  3. "The best way to understand people is to listen to them.."
    kutipan yg sangat bagus dan sarat makna
    semoga kita bisa bisa lebih peka mendengarkan
    mendengarkan orang lain, mendengarkan lingkungan sekitar kita
    nice share bro

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, kutipannya oke ya... Pas ngeliat pertama kali juga langsung suka, makanya berusaha sebisa mungkin di-share disini, di postingan yang sesuai hehe.

      Mantap. Peka untuk mendengar memang cukup sulit, tapi semoga kita bisa sedikit demi sedikit ngelakuin.

      Terima kasih :)

      Hapus
  4. keren dah mas bayu ini, yang paling penting fokus dengan apa yang kita dengar dan pahami

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, thanks ya :D

      Sip. Berfokus pada apa yang kita dengar untuk menyerap maknanya. Simple but meaningful thing.

      Hapus
  5. bagus tulisannya... benar sekali, kalau otak gak mau nrima apapun yang di dengar seolah gak ada artinya sama sekali. hanya sekedar mendengar saja

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih :)

      Ya, aktivitas mendengarkan tidak hanya sekedar mendengarkan, tapi lebih dari itu. Mendengar untuk memahami.

      Hapus

 

Pengikut

Diberdayakan oleh Blogger.